Berlin, Purna Warta – Polisi Jerman menangkap sejumlah orang di Berlin pada hari Jumat (25/4) ketika mereka bergerak untuk membongkar aksi protes pro-Palestina yang didirikan di luar gedung Kanselir dua minggu lalu.
Para aktivis yang menempati kamp tersebut, yang terdiri dari 20 tenda, telah mengadvokasi penghentian ekspor senjata Jerman ke Israel di tengah blokade Israel yang sedang berlangsung di Gaza. Mereka juga menyuarakan penolakan terhadap kriminalisasi gerakan solidaritas Palestina.
Pihak berwenang di Jerman telah melontarkan tuduhan terhadap para demonstran, dengan alasan pelanggaran pidana seperti penghasutan kebencian dan penggunaan simbol-simbol yang tidak konstitusional serta slogan-slogan yang dilarang. Selain itu, pengunjuk rasa diduga melanggar peraturan yang melindungi ruang hijau.
Anja Dierschke, juru bicara kepolisian, menyatakan kepada outlet berita DW, “Perlindungan terhadap pertemuan tidak dapat dijamin pada saat ini karena keselamatan dan ketertiban umum sangat terancam.”
Selama operasi pembersihan pada hari Jumat, bentrokan terjadi antara polisi dan sejumlah aktivis. Rekaman video memperlihatkan petugas dengan kasar menangkap orang-orang yang meneriakkan “Viva, viva Palestina.”
Sekitar 150 petugas dikerahkan ke Kantor Kanselir untuk membongkar tenda, yang mengakibatkan penangkapan 75 pengunjuk rasa dan pendukung yang konon melanggar Undang-Undang Kebebasan Berkumpul.
Namun, para demonstran berpendapat bahwa pihak berwenang Jerman tidak memiliki alasan untuk membubarkan kamp tersebut. “Kami bersikap damai tapi setiap hari kami diganggu oleh polisi yang memberikan kami pembatasan paling bodoh,” kata seorang aktivis bernama Nassar kepada DW.
“Mereka melarang kami menggunakan bahasa selain Jerman atau Inggris, mereka mengkriminalisasi doa kami, lagu kami, lokakarya kami, dan sekarang alasan resmi mereka adalah bahwa kami memiliki sofa yang merusak rumput… Di Jerman , merusak halaman rumput lebih buruk daripada melakukan genosida,” tegas Nassar.
Pengunjuk rasa lainnya mengungkapkan rasa jijiknya, dengan menyatakan, “Selamat datang di Jerman, di mana membunuh 35.000 orang lebih buruk daripada merusak sedikit rumput,” mengacu pada laporan jumlah korban tewas di Gaza di tengah serangan Israel di Jalur Gaza.