Dublin, Purna Warta – Seroang menteri senior menegaskan pada Senin (7/3) bahwa negara-negara Barat diperkirakan akan mengalami kenaikan harga minyak yang melebihi $300 per barel dan penutupan pipa gas utama Rusia-Jerman jika pemerintah menindaklanjuti ancaman untuk memotong pasokan energi dari Rusia.
Harga minyak melonjak ke level tertinggi sejak 2008 pada hari Senin setelah Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan Washington dan sekutu Eropa sedang mempertimbangkan untuk melakukan pelarangan impor minyak dari Rusia.
Baca Juga : Hampir 2 Juta Pengungsi Ukraina Melarikan Diri ke Eropa Tengah : PBB
“Sangat jelas bahwa penolakan terhadap minyak Rusia akan menyebabkan konsekuensi bencana bagi pasar global jika melebihi $300,” kata Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak dalam sebuah pernyataan di televisi pemerintah.
“Kenaikan harga tidak bisa diprediksi. Harga minyak bisa saja melebihi $300 per barel.”
Novak mengatakan Eropa akan membutuhkan lebih dari satu tahun untuk menutupi volume minyak yang diterimanya dari Rusia dan harus membayar harga yang jauh lebih tinggi untuk setiap konsumsinya.
“Politisi Eropa perlu secara jujur memperingatkan warga dan konsumen mereka tentang apa yang mungkin akan datang,” kata Novak.
Baca Juga : Penembakan di Sekolah AS, 1 Tewas 2 Terluka
“Jika Anda ingin menolak pasokan energi dari Rusia, silakan. Kami siap untuk itu. Kami tahu ke mana kami bisa mengarahkan volume.”
Novak mengatakan Rusia, yang memasok 40% gas Eropa, memenuhi kewajibannya secara penuh tetapi sepenuhnya berhak membalas Uni Eropa setelah Jerman bulan lalu membekukan sertifikasi pipa gas Nord Stream 2.
“Sehubungan dengan pengenaan larangan Nord Stream 2, kami berhak mengambil keputusan yang sesuai dan memberlakukan embargo terhadap pemompaan gas melalui pipa gas Nord Stream 1,” kata Novak.
“Sejauh ini kami tidak mengambil keputusan seperti itu,” katanya. “Tetapi politisi Eropa dengan pernyataan dan tuduhan mereka terhadap Rusia mendorong kami ke arah itu.”
Baca Juga : Perkuat Hubungan, Pakistan Buka Konsulat di Irak
Progres Negosiasi yang Tidak Memuaskan
Kekhawatiran perang energi antara Rusia dan Barat tumbuh pada hari Selasa (8/3) setelah Amerika Serikat mendesak sekutunya untuk melarang impor minyak Rusia sebagai hukuman atas invasi Moskow ke Ukraina.
Rusia memperingatkan pihaknya dapat menghentikan aliran gas melalui pipa dari Rusia ke Jerman sebagai tanggapan atas keputusan Berlin bulan lalu untuk menghentikan pembukaan pipa Nord Stream 2 baru yang kontroversial. Perlu diketahui, Rusia memasok 40% gas Eropa.
“Kami memiliki hak untuk mengambil keputusan yang sesuai dan memberlakukan embargo pada pemompaan gas melalui pipa gas Nord Stream 1,” kata Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak.
Analis di Bank of America mengatakan bahwa jika sebagian besar ekspor minyak Rusia dihentikan, mungkin ada kekurangan 5 juta barel per hari (bph) atau lebih.
Baca Juga : Peringkat Pertama di Dunia, Rusia Raup 2.778 Sanksi Hanya dalam 2 Minggu
Harga minyak naik mendekati level tertinggi 14-tahun pada hari Selasa, dengan minyak mentah Brent berjangka naik $1,06 (0,9%) pada $124,27 per barel pada 0223 GMT, setelah diperdagangkan setinggi $125,19. Dengan kondisi yang ada, diperkirakan harga minyak dapat melebihi $300 per barrel.
Presiden AS Joe Biden mengadakan panggilan konferensi video dengan para pemimpin Prancis, Jerman dan Inggris pada hari Senin ketika ia mendorong dukungan mereka untuk melarang impor minyak Rusia.
Tetapi jika perlu Amerika Serikat bersedia untuk bergerak maju sendiri tanpa sekutu di Eropa, dua orang yang akrab dengan masalah tersebut mengatakan kepada Reuters. Banyak negara di benua itu sangat bergantung pada energi Rusia.
Invasi Rusia, serangan terbesar terhadap negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua, telah menciptakan 1,7 juta pengungsi. Serangkaian sanksi diberlakukan terhadap Moskow dan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas dapat mungkin terjadi ketika Barat menyalurkan bantuan militer ke Ukraina.
Baca Juga : Sudah Diketahui, Ini Proyek Besar AS di Perbatasan Irak-Suriah
Jepang memperketat sanksi pada hari Selasa, membekukan aset tambahan 32 pejabat Rusia dan Belarusia dan eksekutif perusahaan yang memiliki hubungan dekat dengan pemerintah.
Rusia menyebut tindakannya di Ukraina sebagai “operasi khusus” yang dikatakan tidak dirancang untuk menduduki wilayah tetapi untuk menghancurkan kemampuan militer tetangga selatannya dan menangkap apa yang dianggapnya sebagai nasionalis berbahaya.
Koridor Evakuasi
Pengepungan dan pengeboman berlanjut saat Kyiv menolak evakuasi koridor kemanusiaan” ke Rusia dan Belarusia. Tetapi disebutkan bahwa terdapat beberapa kemajuan telah dibuat untuk menyetujui logistik untuk evakuasi warga sipil.
Moskow memberikan pilihan kepada penduduk kota Sumy dan Mariupol untuk pindah ke tempat lain di Ukraina pada Selasa, menetapkan batas waktu pada dini hari bagi Kyiv untuk setuju, kantor berita Rusia melaporkan.
Baca Juga : Bantuan Banjir Lambat, Warga Australia Kewalahan
Lebih dari 1,7 juta warga Ukraina telah melarikan diri ke Eropa Tengah sejak konflik dimulai pada 24 Februari, kata badan pengungsi PBB, Senin.
Setelah upaya ketiga untuk meredakan pertumpahan darah pada pembicaraan di Belarus, seorang negosiator Ukraina mengatakan bahwa meskipun kemajuan kecil dalam menyetujui logistik untuk evakuasi warga sipil telah dibuat, sebagian besar keadaannya tetap tidak berubah.
Rusia telah mengusulkan dua koridor di dalam Ukraina, menurut Interfax. Rute pelarian ke Rusia dan sekutu dekatnya, Belarus, sebelumnya disebut dengan “sangat tidak bermoral” oleh juru bicara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan kepada Reuters bahwa Moskow akan menghentikan operasi jika Ukraina berhenti berperang, mengubah konstitusinya untuk menyatakan netralitas, dan mengakui aneksasi Rusia atas Krimea dan kemerdekaan wilayah yang dikuasai oleh separatis dukungan Rusia.
Baca Juga : 300 Imigran Asal Haiti Terdampar di Klub Mewah Florida
Serangan Rusia di pabrik roti menewaskan 13 orang di kota Makariv di wilayah Kyiv, kata pejabat Ukraina. Reuters tidak dapat memverifikasi detailnya. Rusia membantah menargetkan warga sipil.
Di kota pelabuhan Mariupol selatan, ratusan ribu orang terperangkap tanpa makanan dan air di bawah pengeboman reguler.
Di kota timur Kharkiv, polisi mengatakan jumlah korban tewas akibat pemboman Rusia adalah 143 sejak dimulainya invasi. Sulit untuk melakukan verifikasi jatuhnya korban.
Ukraina mengatakan pada hari Senin bahwa pasukannya telah merebut kembali kendali kota Chuhuiv di timur laut setelah pertempuran sengit dan bandara strategis Mykolayiv di selatan. Keduanya tidak dapat segera diverifikasi.
Baca Juga : “Apa Pakistan Budak Kalian?”, Imran Khan Kritik Barat terkait Kasus Ukraina
Seorang pejabat senior pertahanan AS mengatakan Putin sekarang telah mengerahkan hampir 100% dari 150.000 pasukan yang telah ia siapkan di luar negeri sebelum invasi.