Vatikan, Purna Warta – Paus Fransiskus, kepala Gereja Katolik, telah menyerukan penyelidikan atas serangan Israel yang sedang berlangsung di Jalur Gaza karena para ahli mengatakan hal itu sama saja dengan genosida terhadap warga Palestina.
Ia mengajukan permintaan tersebut dalam buku terbarunya, yang kutipannya diterbitkan oleh harian Italia La Stampa pada hari Minggu.
“Menurut beberapa ahli, apa yang terjadi di Gaza memiliki karakteristik genosida,” tulis Paus dalam buku barunya berjudul Harapan Tidak Pernah Mengecewakan: Para Peziarah Menuju Dunia yang Lebih Baik.
“Ini harus dipelajari dengan saksama untuk menentukan apakah (situasi) sesuai dengan definisi teknis yang dirumuskan oleh para ahli hukum dan organisasi internasional.”
Laporan mengatakan Paus Fransiskus secara pribadi telah menggunakan kata genosida untuk menggambarkan agresi berdarah Israel di Gaza.
Namun, komentarnya baru-baru ini adalah pertama kalinya ia secara terbuka menyerukan penyelidikan untuk menentukan apakah serangan rezim perampas kekuasaan itu memenuhi definisi hukum genosida.
Minggu lalu, sebuah komite khusus PBB, yang dibentuk pada tahun 1968 untuk memantau pendudukan Israel, mengatakan bahwa kebijakan dan praktik Israel di Jalur Gaza yang terkepung “konsisten dengan karakteristik genosida”.
Dalam laporan tahunannya, dikatakan ada kekhawatiran serius bahwa Israel “menggunakan kelaparan sebagai senjata perang” di wilayah Palestina yang terkepung.
Pejabat Israel secara terbuka mendukung kebijakan untuk menghancurkan “sistem air, sanitasi, dan pangan yang vital” di Gaza serta mencegah akses ke bahan bakar, tambah komite tersebut, yang terdiri dari tiga negara anggota PBB, termasuk Malaysia, Senegal, dan Sri Lanka.
Israel melancarkan perang genosida di Gaza pada 7 Oktober 2023, setelah kelompok perlawanan Hamas melakukan operasi bersejarahnya terhadap entitas pendudukan sebagai balasan atas kekejamannya yang meningkat terhadap rakyat Palestina.
Rezim Tel Aviv sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 43.846 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan melukai 103.740 lainnya, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.