Berlin, Purna Warta – Eurofound mengatakan pada hari Kamis (6/10) bahwa survei telah menemukan masalah kesehatan mental masyarakat Eropa berlanjut bahkan setelah akhir periode pandemi.
Survei terhadap 200.000 orang menemukan mereka yang melaporkan kesehatan mental “buruk” atau “sangat buruk” dua kali lipat dalam persentase dari 6,4 pada Maret 2020 dimana pada awal krisis dua tahun kemudian menjadi 12,7, bahkan ketika pembatasan dilonggarkan, kata badan Uni Eropa.
Baca Juga : Impor Beras Iran Capai Rekor tertinggi, India Sebagai Pemasok Utama
“Dengan dibukanya kembali, masyarakat banyak yang berharap kesejahteraan mental akan meningkat. Namun, pada Musim Semi 2022, risiko depresi tetap tinggi bagi banyak orang.”
Eurofound juga memperingatkan risikonya lebih tinggi untuk kaum muda.
Survei online, dari Maret 2020 hingga Mei 2022, juga mengungkapkan lebih banyak orang di 27 negara UE yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan dan berisiko lebih besar mengalami kemiskinan energi, khususnya karena inflasi yang tinggi.
Badan tersebut mengatakan dalam laporan terpisah bahwa sekitar 53% responden melaporkan rumah tangga mereka mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan pada Musim Semi 2022, dibandingkan dengan 47% pada awal pandemi. “Tingkat kekhawatiran tentang keuangan yang tinggi bercampur dengan ketidak pastian tentang masa depan dapat terus berdampak negatif pada kesehatan mental.”
Selain itu, hampir satu dari lima responden melaporkan memiliki kebutuhan perawatan kesehatan yang tidak terpenuhi, terutama yang berkaitan dengan rumah sakit dan perawatan spesialis untuk kesejahteraan mental.
Para ahli mengatakan gangguan mental adalah salah satu tantangan kesehatan masyarakat teratas di Wilayah Eropa, yang mempengaruhi sekitar 25% populasi setiap tahun. Di semua negara, masalah kesehatan mental jauh lebih umum di antara masayarakat yang kekurangan.
Baca Juga : 300.000 Perawat Pilih Mogok Di Inggris Di Tengah Krisis Biaya Hidup
Melonjaknya biaya energi membuat jutaan warga dan bisnis Uni Eropa berada di bawah tekanan. Eropa menghadapi krisis energi karena sebagian besar perselisihan dengan Rusia atas perang di Ukraina.
Rusia memulai “operasi militer khusus” di Ukraina pada 24 Februari. Sejak itu, Amerika Serikat dan sekutu Eropanya menjatuhkan sanksi terhadap Moskow. Rusia pada gilirannya hampir memotong aliran gas alamnya ke Eropa, meskipun menyebutkan kesulitan teknis yang disebabkan oleh sanksi berdampak pada pengurangan aliran tersebut, yang kemudian menyebabkan krisis energi yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh Eropa.