Moscow, Purna Warta – Sabotase kemungkinan besar menjadi penyebab kebocoran di dua jalur pipa gas Laut Baltik antara Rusia dan Eropa, kata para pemimpin Eropa, setelah seismolog melaporkan ledakan di sekitar jalur pipa Nord Stream.
Uni Eropa menganggap kebocoran itu “bukan kebetulan”, dengan indikasi bahwa ledakan Nord Stream adalah “tindakan yang disengaja” alias sabotase, kata kepala kebijakan luar negeri blok itu Josep Borrell pada hari Rabu (28/9), sambil menyerukan penyelidikan.
Baca Juga : Aksi Protes Meluas, India Larang Organisasi Muslim PFI
“Setiap gangguan yang disengaja terhadap infrastruktur energi Eropa sama sekali tidak dapat diterima dan akan ditanggapi dengan tanggapan yang kuat dan bersatu,” ungkapnya sambil memperingatkan dalam sebuah pernyataan, sehari setelah kepala Uni Eropa Ursula Von der Leyen juga mengatakan bahwa sabotaselah menyebabkan kebocoran.
Pipa Nord Stream 1 dan 2 telah menjadi pusat ketegangan geopolitik dalam beberapa bulan terakhir karena Rusia memotong pasokan gas ke Eropa sebagai pembalasan terhadap sanksi Barat menyusul serangan militernya terhadap Ukraina.
Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen menunjuk pada “tindakan yang disengaja”, dengan mengatakan, “Kami tidak berbicara tentang kecelakaan”. Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki mengatakan kebocoran itu adalah tindakan sabotase yang “mungkin menandai langkah selanjutnya dari eskalasi situasi di Ukraina”.
Dan Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson mengatakan “telah terjadi ledakan”, meskipun Menteri Luar Negeri Ann Linde mengatakan mereka tidak akan “berspekulasi mengenai motif atau pelaku”.
Baca Juga : Badan Investigasi India Lakukan Penggerebekan Pemimpin Muslim di Tiap Penjuru Negara
Kopenhagen memperkirakan bahwa kebocoran di pipa, yang penuh dengan gas tetapi tidak beroperasi, akan berlangsung “setidaknya seminggu” – sampai metana yang keluar dari pipa bawah air habis.
Seperti Denmark, pemerintah Swedia mengatakan tidak menganggap ini sebagai tindakan agresi terhadapnya, mengingat peristiwa itu terjadi di luar perairan teritorialnya, di zona ekonomi eksklusif.
Dua “pelepasan energi besar-besaran” direkam oleh Jaringan Seismik Nasional Swedia sesaat sebelum kebocoran gas di dekat lokasi mereka di lepas pantai pulau Bornholm, Denmark, seismolog Universitas Uppsala Peter Schmidt mengatakan kepada kantor berita AFP.
“Dengan pelepasan energi sebesar ini, tidak ada yang lain selain ledakan yang dapat menyebabkannya,” tambahnya.
Baca Juga : AS Bela Pakistan Terkait Kesepakatan Pesawat Militer F-16
Sangat Jarang
Rusia mengatakan sebelumnya bahwa mereka sangat prihatin tentang kebocoran tersebut.
Ditanya oleh wartawan apakah itu bisa menjadi tindakan sabotase, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa saat ini “tidak mungkin untuk mengecualikan opsi apa pun”.
Tetapi Ukraina mengatakan itu “tidak lebih dari serangan teroris yang direncanakan oleh Rusia dan tindakan agresi terhadap Uni Eropa”.
Pipa-pipa tersebut dioperasikan oleh konsorsium yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh perusahaan gas Rusia Gazprom.
Salah satu kebocoran pada Nord Stream 1 terjadi di zona ekonomi Denmark dan lainnya di zona ekonomi Swedia, sedangkan kebocoran Nord Stream 2 terjadi di zona ekonomi Denmark.
Baca Juga : AS Akan Perkenalkan Resolusi DK PBB Yang Kutuk Rusia Atas Referendum Di Ukraina
Kebocoran pertama kali dilaporkan di Nord Stream 2 pada hari Senin.
Dua kapal militer Denmark telah dikirim ke daerah itu, sementara pemerintah Swedia mengadakan pertemuan darurat pada hari Selasa.
Peringatan navigasi telah dikeluarkan untuk jarak lima mil laut dan ketinggian penerbangan 1.000 meter (3.280 kaki) di sekitar kebocoran Laut Baltik.
“Kebocoran pipa gas sangat jarang terjadi dan oleh karena itu kami melihat perlu untuk menambahkan tingkat kesiagaan menyusul insiden yang telah kami saksikan selama 24 jam terakhir,” kata direktur Badan Energi Denmark Kristoffer Bottzauw dalam sebuah pernyataan.
Seorang juru bicara Nord Stream mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa mereka belum dapat menilai kerusakan tetapi menyatakan bahwa “insiden” di mana tiga pipa mengalami masalah pada saat yang bersamaan di hari yang sama adalah sebuah hal yang tidak biasa terjadi”.
Baca Juga : Bin Salman Tandatangani Kesepakatan Peretas Dengan Jenderal AS Sebelum Pembunuhan Khashoggi
Dibangun paralel dengan pipa Nord Stream 1, Nord Stream 2 dimaksudkan untuk menggandakan kapasitas impor gas Rusia ke Jerman. Tetapi Berlin memblokir Nord Stream 2 yang baru selesai pada hari-hari sebelum konflik Ukraina meletus.