Istanbul, Purna Warta – Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengatakan pendudukan Israel atas wilayah Palestina adalah penyebab utama ketidakstabilan di Asia Barat, dan memperingatkan bahwa ketegangan akan terus meningkat di wilayah tersebut kecuali masalah ini diselesaikan.
Fidan menyampaikan pernyataan tersebut pada konferensi pers bersama dengan timpalannya dari Mesir Salem Shoukry di kota Istanbul, Turki, pada hari Sabtu (20/4).
“Pendudukan wilayah Palestina oleh Israel dan dukungan tanpa syarat dari Barat terhadap hal ini adalah salah satu alasan utama masalah ketidakstabilan” di wilayah tersebut, kata Fidan.
“Jika krisis ini tidak diselesaikan dengan baik, jika rakyat Palestina tidak diberikan negara, kemerdekaan, dan kedaulatan yang layak mereka dapatkan, maka krisis seperti ini akan terus meningkat di wilayah kita,” tambahnya.
Menteri luar negeri Turki melanjutkan dengan mengatakan bahwa masalah Palestina dapat memicu masalah global, dan menekankan bahwa “kerja sama antara Mesir dan Turki sangat bermanfaat bagi masyarakat dan kawasan kami.”
Fidan lebih lanjut mencatat bahwa prioritas pertama masyarakat internasional harus mengakhiri pendudukan Israel di Palestina dan solusi dua negara, dengan menekankan bahwa “Perkembangan apa pun yang dapat mengalihkan perhatian kita dari fakta ini harus diabaikan.”
Shoukry, pada bagiannya, mengatakan, “Kita harus mencegah perpindahan warga Palestina dan berupaya untuk mendirikan negara Palestina yang merdeka.”
Dia juga menekankan perlunya membuka penyeberangan Israel dengan Jalur Gaza yang terkepung untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan, dan menekankan bahwa “kegagalan untuk melakukan hal tersebut melanggar hukum internasional.”
Menteri luar negeri Mesir lebih lanjut mencatat bahwa sejak awal perang Israel di Gaza, rintangan Israel masih ada, dan menambahkan bahwa Mesir telah “melibatkan sekutu internasional dalam mendirikan pusat distribusi bantuan di Gaza.”
Perkembangan terakhir ini terjadi ketika perang genosida Israel terhadap Gaza masih berlangsung setelah tujuh bulan.
Israel melancarkan kampanye brutal di Jalur Gaza pada 7 Oktober setelah serangan mendadak oleh gerakan perlawanan Palestina Hamas sebagai pembalasan atas kekejaman Israel selama beberapa dekade.
Rezim pendudukan telah memblokir air, makanan, dan listrik ke Gaza.
Sejak itu pasukan rezim Israel telah membunuh lebih dari 34.000 warga Palestina di Gaza, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Rezim Tel Aviv telah memberlakukan “pengepungan total” terhadap wilayah tersebut, memutus bahan bakar, listrik, makanan dan air bagi lebih dari dua juta warga Palestina yang tinggal di sana.
Pada bulan Januari, Mahkamah Internasional (ICJ) mengeluarkan keputusan sementara yang memerintahkan rezim Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan mengambil tindakan untuk menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.