Menlu Rusia: Israel yang Memicu Eskalasi di Kawasan, Bukan Hizbullah

Moskow, Purna Warta – Menlu Rusia Sergei Lavrov menyatakan pada hari Rabu bahwa Hizbullah Lebanon dan pemerintah Lebanon tidak menginginkan “perang besar-besaran” dengan Israel, meskipun beberapa faksi dalam rezim Israel menginginkannya.

Baca juga:  [VIDEO] – Itamar Ben Gvir Putus Aliran Senjata untuk Warga Israel

Berbicara pada konferensi pers di markas besar PBB di New York pada hari Rabu, Lavrov mencatat bahwa “Ada kecurigaan bahwa beberapa kalangan di Israel mencoba untuk mencapai hal itu,” mengutip analis Amerika dan Eropa.

Menlu Rusia ini menekankan bahwa “eskalasi, seperti yang ditunjukkan oleh perkembangan praktis, adalah sesuatu yang diminati Israel.”

Sejak awal Oktober, Hizbullah dan Israel telah saling tembak setelah rezim tersebut melancarkan perang genosida di Gaza setelah operasi mendadak oleh kelompok perlawanan Palestina.

Hizbullah telah bersumpah untuk melanjutkan serangan balasannya selama rezim Tel Aviv melanjutkan serangannya ke Gaza.

“Hizbullah telah sangat menahan diri dalam tindakannya,” kata Lavrov, seraya menambahkan bahwa pemimpinnya, Seyed Hassan Nasrallah, telah “menyampaikan sejumlah pernyataan publik yang menegaskan kembali posisi tersebut.”

Namun, “sentimennya adalah bahwa ada upaya untuk memprovokasi mereka, dan untuk memprovokasi mereka ke dalam pertempuran besar-besaran,” diplomat tinggi Rusia itu memperingatkan.

Menurut penghitungan Associated Press, serangan udara Israel di Lebanon selatan sejak Oktober telah menewaskan lebih dari 450 orang, sementara serangan balasan Hizbullah telah menewaskan 34 orang.

Media Israel melaporkan bahwa serangan balasan Hizbullah telah menggusur sekitar 60.000 pemukim Israel dari wilayah utara wilayah yang diduduki.

Lavrov juga mengecam perang Israel di Gaza, menyebutnya sebagai “hukuman kolektif” terhadap 2,3 juta warga Palestina di wilayah yang terkepung itu.

Baca juga: AS Tutup Dermaga Bantuan Senilai $230 Juta di Lepas Pantai Gaza

“Jika menyangkut hukuman kolektif yang melanggar hukum humaniter internasional, seseorang tidak dapat melawan satu bentuk pelanggaran melalui pelanggaran lainnya. Prinsipnya sama di sini,” katanya.

Sejak 7 Oktober, rezim Tel Aviv telah menewaskan sekitar 38.800 warga Palestina, kebanyakan wanita dan anak-anak, di Gaza.

Amerika Serikat telah memasok Israel dengan lebih dari 10.000 ton peralatan militer dan menggunakan hak vetonya terhadap semua resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera di Gaza.

Meskipun kampanye pertumpahan darah terus berlangsung, rezim pendudukan sejauh ini gagal mencapai dua tujuan utamanya: mengalahkan dan melenyapkan Hamas, dan membebaskan tawanan Israel.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *