Jenewa, Purna Warta – Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian menyampaikan pidato pada hari Senin di pertemuan ke-52 Dewan Hak Asasi Manusia di Jenewa, Swiss, Selasa (28/2), dan menyebutkan bahwa Dewan Hak Asasi Manusia PBB telah berubah menjadi alat politik bagi kekuatan Barat.
Baca Juga : Liga Arab menuju Rekonsiliasi Penuh dengan Suriah; Bagaimana Turki dan AS?
Amir-Abdollahian mengkritik negara-negara Eropa yang mengikuti unilateralisme AS dan menekankan bahwa negara-negara tersebut tidak kompeten secara moral untuk berbicara tentang hak asasi manusia di Iran.
Amir-Abdollahian menunjukkan, “Adalah kemunafikan belaka untuk membela hak asasi manusia rakyat Iran dan pada saat yang sama merampas hak dasar mereka atas kesehatan, pendidikan, dan kehidupan.”
Dia merujuk pada kerusuhan baru-baru ini di Iran dan mengingat bahwa pertemuan itu sejak awal adalah pertemuan damai tetapi berubah menjadi kerusuhan karena kampanye kotor dari sejumlah media dan elemen teroris yang didukung asing.
Kerusuhan dan tawuran dipicu dengan dalih Mahsa Amini, 22, yang meninggal karena serangan jantung mendadak di sebuah pusat polisi di Teheran pada Selasa, 13 September, setelah dibawa ke sana karena melanggar aturan berpakaian bersama beberapa wanita lainnya.
“Sejumlah saluran TV berbahasa Persia yang berbasis di AS dan Inggris mempromosikan kekerasan dan teror di Iran dalam dugaan program berita mereka. Propaganda itulah yang memicu aksi demonstrasi yang berlarut-larut di Iran.” Katanya kepada hadirin yang hadir dalam pertemuan tersebut.
Dalam lanjutan penyampaiannya, Menlu Iran ini juga menyinggung pertumbuhan kelompok ekstremis dan teroris di seluruh dunia sebagai salah satu tantangan terpenting di era saat ini dan mengingatkan hadirin beberapa di antaranya.
“Penodaan Alquran di beberapa negara Barat dan serangan teroris Shiraz di Iran yang merenggut nyawa 13 orang, termasuk wanita dan anak-anak yang tidak bersalah, adalah beberapa contoh kasusnya.” Paparnya.
Abdollahian juga menekankan pengorbanan Letnan Jenderal Qasem Soleimani yang tidak terhapuskan di benak orang-orang di kawasan. Ia berkata: “Republik Islam Iran tidak akan menyia-nyiakan upaya untuk mengadili unsur-unsur yang terlibat dalam pembunuhan Jenderal Soleimani.”
Jenderal Soleimani, komandan Pasukan Quds dari Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC), dan wakil kepala Unit Mobilisasi Populer (PMU) Irak Abu Mahdi al-Muhandis dibunuh bersama dengan rekan mereka dalam serangan pesawat tak berawak AS di dekat Bandara Internasional Baghdad pada 3 Januari 2020 yang akui oleh mantan Presiden Donald Trump atas perintahnya.
Baca Juga : Donald Trump Kecam Kinerja Joe Biden; Menyebutnya Bahaya bagi AS
Kedua tokoh ini sangat populer karena peran kunci mereka dalam menumpas kelompok teroris ISIS yang didukung AS di wilayah tersebut, khususnya di Irak dan Suriah.
Menteri Luar Negeri Iran menyerukan penghentian pelanggaran sistematis rezim Israel terhadap hak-hak bangsa Palestina dan menegaskan kembali bahwa selama rezim menduduki Palestina dan melakukan kejahatan terhadap rakyat negara itu, sulit untuk percaya pada mekanisme hak asasi manusia PBB.