Moskow, Purna Warta – Menteri luar negeri Iran telah menyalakan alarm tentang keberadaan Israel di Kaukasus, menekankan bahwa Tehran tidak akan mentolerir perubahan geopolitik di kawasan tersebut.
“Republik Islam Iran sangat prihatin dengan keberadaan Israel di Kaukasus,” kata Hossein Amir-Abdollahian pada hari Rabu (6/10).
Dia membuat pernyataan pada konferensi pers di Moskow dengan mitranya dari Rusia, Sergei Lavrov.
Baca Juga : Iran Sarankan Azerbaijan untuk Hindari Impor Sistem Keamanan Israel
Dia menambahkan bahwa Iran mengharapkan Rusia untuk peka terhadap setiap potensi perubahan perbatasan di kawasan dan keberadaan teroris dan gerakan rezim Israel yang mengancam perdamaian dan stabilitas regional.
Pernyataan itu muncul sebagai reaksi terhadap perkembangan terakhir di sepanjang perbatasan barat laut Iran dan pernyataan terbaru oleh Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev.
Iran meluncurkan latihan dengan nama sandi Fatehan-e Kheybar (Penakluk Khaybar), di barat laut negara itu pada hari Jumat (1/10), sejalan dengan upaya untuk meningkatkan kemampuan pertahanan dan pencegahannya dalam menghadapi potensi ancaman.
Aliyev mengkritik latihan tersebut, tetapi Iran menegaskan kembali bahwa ia seperti negara berdaulat lainnya berhak untuk mengadakan latihan militer di dalam wilayahnya untuk menguji dan mempertahankan kesiapannya.
Baca Juga : Profesor Inggris yang Dipecat: Ada Kampanye untuk Bungkam Para Pendukung Palestina
Amir-Abdollahian mengatakan bahwa Republik Azerbaijan telah mengadakan enam manuver dengan beberapa pihak asing, tetapi Iran hanya mengadakan satu latihan.
Selain kehadiran teroris ISIS di wilayah tersebut, Iran juga mencurigai hubungan Azerbaijan dengan rezim Israel.
Di tempat lain dalam presser, Amir-Abdollahian mengatakan, “Iran dan Rusia telah sepakat untuk membahas perjanjian tentang kerja sama strategis di masa depan. Dalam waktu dekat kami akan memiliki draft dan kami akan mengeluarkan peta jalan yang akan menjadi dasar kerja sama jangka panjang kami”.
Dia memuji hubungan bilateral antara kedua negara tetapi menggarisbawahi perlunya untuk melakukan lompatan dalam mempromosikan kerja sama.
Baca Juga : Israel Berencana Bangun 10.000 Unit Pemukiman Baru di Tepi Barat
Dia juga memuji pembicaraan dengan mitranya dari Rusia tentang isu-isu regional, termasuk Afghanistan, Suriah, Yaman dan masalah Palestina.
“Kami mendukung pembentukan pemerintahan yang inklusif dengan melibatkan semua pemangku kepentingan,” komentarnya tentang Afghanistan.
Dia juga mengatakan bahwa Tehran siap untuk mengatur kunjungan Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi ke Tehran.
“Kami menyambut setiap kunjungan kepala IAEA untuk menindaklanjuti masalah teknis,” kata Amir-Abdollahian. Ia juga menyatakan kekecewaan Iran atas kegagalan badan nuklir PBB untuk mengutuk insiden teroris di fasilitas nuklir di Karaj di utara Iran.
Baca Juga : Nabih Berri: Suriah Buktikan Ketidakmampuan Rezim Zionis
Sementara itu, Lavrov mengatakan bahwa dia berdiskusi dengan mitranya dari Iran berkenaan tentang cara-cara spesifik untuk memperluas kerja sama antara kedua negara dalam proyek-proyek bilateral berdasarkan kesepakatan yang dicapai pada tingkat tertinggi.
“Kami memiliki pertumbuhan perdagangan yang stabil, yang di masa pandemi COVID-19 dan sanksi meningkat sebesar 42 persen pada tahun ini,” katanya. Ia menambahkan, “Kami telah sepakat untuk lebih meningkatkan kerja sama kami dan mengembangkan hubungan ekonomi.”
Dia juga menolak dorongan AS untuk tatanan dunia gaya Barat, menekankan, “Kami menentang tatanan dunia berbasis aturan yang dipromosikan oleh AS dan sekutu Baratnya yang mencoba memaksakan hal tersebut pada semua pemain internasional.”
Pada kesepakatan nuklir Iran 2015, diplomat top Rusia menggarisbawahi perlunya implementasi oleh semua pihak dari resolusi Dewan Keamanan PBB 2231 yang mendukung perjanjian tersebut.
Baca Juga : Koalisi Saudi Sita 25.000 Ton Bahan Bakar Rakyat Yaman
Dia juga mengatakan pembicaraan di Wina yang bertujuan menghidupkan kembali Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) harus dilanjutkan secepat mungkin.
Dia menggemakan sikap Iran yang mengharapkan AS untuk melanjutkan kewajibannya sesuai dengan kesepakatan Iran, tetapi menolak harapan Washington terhadap Tehran untuk membuat perubahan tertentu sehingga AS akan memasuki kembali kesepakatan.
“Adapun harapan AS bahwa Iran harus membuat perubahan tertentu agar AS kembali ke dalam kesepakatan, itu adalah sesuatu yang tidak kami terima dan Iran tidak menerimanya,” kata Lavrov.
Dia juga mengatakan Iran dan Rusia saling memandang atas fakta bahwa AS memperburuk situasi di Afghanistan dalam 20 tahun terakhir.
“Kedua negara percaya bahwa rakyat Afghanistan telah banyak menderita selama dua dekade eksperimen politik yang dilakukan oleh AS,” katanya, seraya menambahkan bahwa Afghanistan memiliki hak untuk secara bebas menentukan masa depan tanah mereka.
Baca Juga : Israel Berencana Bangun 10.000 Unit Baru di Tepi Barat
“Kami percaya bahwa stabilisasi politik penting untuk mencapai tujuan ini,” komentarnya lebih lanjut.
Kunjungan Amir-Abdollahian ke Moskow adalah yang pertama sejak menjabat sebagai menteri luar negeri Iran.