London, Purna Warta – Para pemimpin berita Inggris mempertahankan liputan mereka mengenai kebrutalan Israel di Gaza, meskipun sebuah laporan baru mengungkapkan adanya distorsi signifikan dalam pemberitaan media Barat mengenai perang Israel.
Laporan bertajuk “Bias Media Gaza 2023-24” itu dirilis oleh Center for Media Monitoring (CFMM) pada Rabu. Penelitian ini menganalisis data dari 28 situs media online Inggris selama periode satu bulan mulai tanggal 7 Oktober 2023.
Baca Juga : Menlu Iran: Tanda-tanda Kegagalan Israel di Perang Gaza telah Nyata
Studi tersebut, yang meneliti lebih dari 200.000 artikel dan laporan TV, menyimpulkan bahwa media Inggris tidak mewakili konflik Gaza secara netral.
Berbicara pada acara CFMM di Gedung Parlemen, Richard Burgess, direktur konten berita BBC, mengakui bahwa kesalahan tidak bisa dihindari untuk saluran berita 24 jam.
“Mustahil untuk tidak membuat kesalahan, kami akan membuat kesalahan,” kata Burgess, membela liputan mereka.
Namun, laporan CFMM menyoroti bahwa “banyak tokoh media terkemuka, editor senior, dan jurnalis mengulangi stereotip Islamofobia tentang keyakinan dan identitas Muslim, yang bertujuan untuk melemahkan perjuangan Palestina dan/atau para pendukung Palestina.”
Studi ini juga mencatat “bagaimana beberapa media dan komentator membingkai konflik tersebut sebagai konflik antara Muslim dan Yahudi.”
“Penentangan Muslim terhadap Israel telah dibingkai sebagai anti-Semit oleh beberapa publikasi dan komentator,” kata studi tersebut
Jonathan Levy, direktur pelaksana dan editor eksekutif di Sky News, membantah beberapa poin dalam laporan tersebut, termasuk mereduksi konflik menjadi perang “Israel-Hamas”.
Laporan tersebut mengungkapkan bahwa warga Israel 11 kali lebih mungkin disebut sebagai “korban serangan” dibandingkan warga Palestina. Selain itu, 76 persen artikel online membingkai konflik tersebut sebagai “perang Israel-Hamas,” dan hanya 24 persen yang menyebutkan “Palestina/Palestina,” yang menunjukkan kurangnya konteks.
Marwan Yaghi, seorang diplomat Palestina di Inggris, mengkritik liputan media sebagai “sangat bias.”
Baca Juga : Menteri Zimbabwe Mengaku Terkejut dengan Pemberdayaan Perempuan Iran
Laporan tersebut juga menyoroti bahwa saluran berita dan publikasi sayap kanan di Inggris salah mengartikan pengunjuk rasa pro-Palestina sebagai anti-Semit.
Lebih lanjut disebutkan bahwa suara-suara pro-Palestina disalahartikan dan difitnah oleh media, dengan tuduhan anti-Semitisme dan terorisme digunakan untuk mendiskreditkan upaya advokasi yang sah.
Laporan tersebut juga mencatat kurangnya pengawasan terhadap beberapa berita yang diabadikan di media, mengutip 361 penyebutan cerita palsu “bayi yang dipenggal”.