Moskow, Purna Warta – Presiden Kremlin Dmitry Peskov hari Senin (21/3) membantah adanya gencatan senjata selama pembicaraan dengan Ukraina.
Ketika ditanya tentang kemungkinan gencatan senjata di Ukraina selama pembicaraan antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan timpalannya dari Ukraina Volodymyr Zelensky, Peskov mengatakan pada konferensi pers di Kremlin: “Sebelum pertemuan antara Putin dan Zelensky, kemajuan mendasar harus dibuat.”
Baca Juga : Penjelasan Tentara Irak Tentang Hasil Penyelidikan Markas Mossad di Erbil
Menurut situs web RIA Novosti, ia membantah tuduhan bahwa tidak ada penyeberangan kemanusiaan di kota-kota Ukraina, karena alasan utamanya adalah ekstremis Ukraina tidak akan mengizinkan warga sipil pergi dari wilayahnya.
Seorang juru bicara Kremlin mengatakan Moskow memiliki pandangan negatif tentang gagasan “misi penjaga perdamaian” untuk setiap anggota NATO di Ukraina dan menambahkan bahwa “larangan pasokan minyak Rusia akan menyebabkan kemerosotan serius dalam keseimbangan energi Eropa.”
“Pembicaraan damai dengan Ukraina tidak berjalan sebagaimana mestinya. Rusia siap bertindak lebih cepat daripada pihak Ukraina dalam negosiasi,” kata Peskov.
“Washington tidak akan kehilangan apa-apa jika ada embargo minyak, tetapi Eropa akan terpukul keras,” katanya, mencatat bahwa embargo minyak merusak keseimbangan energi Eropa.
Sebelumnya, pemerintah Rusia menolak untuk menyerahkan wilayah Mariupol meskipun ada peringatan dari Rusia tentang kemungkinan bencana kemanusiaan.
Baca Juga : Karena Minyak Ketegangan Riyadh-Washington Meningkat
Pada 24 Februari, Rusia melancarkan operasi militer di Ukraina sebagai tanggapan atas permintaan bantuan dari republik Donetsk dan Luhansk (separatis di Ukraina timur). Presiden Rusia Vladimir Putin menekankan bahwa “demiliterisasi dan de-Naziisasi” adalah tujuan utama dari operasi tersebut. Moskow telah berulang kali menyatakan bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk menduduki Ukraina, dan bahwa angkatan bersenjata Rusia hanya menargetkan infrastruktur militer Ukraina. Amerika Serikat dan sekutunya, termasuk Jepang, telah menanggapi langkah Moskow dengan menjatuhkan sanksi komprehensif terhadap Rusia.