Moskow, Purna Warta – Dalam upaya membendung operasi militer yang dilancarkan Rusia, militer Ukraina yang dibantu pasukan ultanasional dilaporkan menggunakan warga sipil sebagai sandera dan tameng manusia dan mengklaim korban yang berjatuhan dari pihak sipil adalah akibat dari serangan militer Rusia tersebut.
Hal tersebut dilaporkan Kementerian Pertahanan Rusia yang memperingatkan pembunuhan dan penyiksaan terhadap warga Ukraina oleh orang-orang ultranasionalis dan ekstremis di negara ini.
Baca Juga : Serangan Rusia Picu Terbakarnya Reaktor Nuklir Terbesar di Eropa
“Orang-orang ultranasionalis dan ekstremis di Ukraina terus melakukan pembunuhan, penyiksaan dan penahanan, serta menjadikan lebih dari 4,5 juta warga sebagai sandera dan menggunakan mereka sebagai tameng manusia,” kata pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia seperti dilansir IRIB, Jumat (11/3).
Kemenhan Rusia menambahkan, lebih dari 7.000 warga dari 21 negara juga masih disandera oleh kelompok-kelompok neo-Nazi di Ukraina.
Kementerian Dalam Negeri Jerman baru-baru ini juga mengakui kehadiran neo-Nazi di Ukraina.
Baca Juga : Politisi Prancis Tolak Wacana Boikot Minyak Rusia
Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan dimulainya operasi militer khusus di Donbass pada Kamis pagi, 24 Februari 2022 setelah para pejabat di wilayah ini meminta pemerintah Moskow mengirim bantuan militer berdasarkan perjanjian kerja sama.
Operasi tersebut juga sebagai tanggapan atas langkah dan tindakan provokatif Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang membahayakan keamanan Rusia.
Rusia telah menjadi sasaran sanksi keras Amerika Serikat dan sekutunya akhir-akhir ini karena dukungan dan pengakuannya atas wilayah Donetsk dan Luhansk di Ukraina timur.
Baca Juga : Presiden Ukraina Ungkap Kekecewan, Tidak Minat lagi Gabung NATO
Para pejabat Rusia telah berulang kali menyatakan bahwa mereka tidak akan membiarkan negaranya terancam dari wilayah Ukraina.