Stockholm, Purna Warta – Lars Vilks, seorang kartunis asal Swedia yang dikenal karena melakukan penghinaan terhadap Nabi Muhammad melalui karyanya dilaporkan tewas dalam sebuah kecelakaan mobil.
Pihak berwenang sedang menyelidiki sebuah kecelakaan yang diduga menewaskan seorang kartunis Swedia yang telah menjalani perlindungan polisi sejak 2007 bersama dengan dua petugas polisi.
Menurut laporan Guardian yang mengutip media Swedia, kartunis Swedia Lars Vilks, yang telah diancam akan dibunuh sejak 2007 karena menggambar karikatur Nabi ummat Islam, Muhammad saw dan hidup di bawah perlindungan polisi, dilaporkan tewas dalam kecelakaan mobil.
The Dagens Nyheter melaporkan bahwa rekannya telah mengkonfirmasi kematiannya, dan kantor berita Swedia TT mengatakan polisi telah mengkonfirmasi bahwa Vilks yang berusia 75 tahun berada di dalam mobil bersama dua petugas polisi, yang juga tewas. Menurut polisi, sebuah mobil polisi sipil dan sebuah truk bertabrakan dan terbakar di luar kota Markaryd pada Minggu sore (3/10). Sopir truk dibawa ke rumah sakit dan penyebab kecelakaan sedang diselidiki.
“Sekarang penting bagi kita semua untuk melakukan segala yang kita bisa untuk mencari tahu apa yang terjadi di tempat kejadian dan apa yang menyebabkan kecelakaan itu,” kata Stefan Sintéus, kepala unit investigasi regional yang bertanggung jawab atas perlindungan pribadi di daerah tersebut.
Vilks tidak dikenal sebelum ia membuat kartun yang menghina Nabi Muhammad. Ia terkenal karena karyanya tersebut. Sebelumnya, ia bekerja sebagai tukang pemahat, tetapi karyanya tidak terlalu sukses, sampai ia menjadi terkenal karena kontroversi penghinaan kartun Nabi Muhammad, yang tentu saja tidak memberikan apa-apa baginya kecuali rasa takut akan kecemasan.
Pada bulan September 2007, faksi al-Qaida di Irak mengumumkan sayembara sebesar $100.000 bagi siapapun yang dapat membunuh Vilks sebagai tanggapan atas pelecehan yang dilakukannya.
Pada tahun 2010, surat kabar Swedia mencetak ulang kartun kontroversial tersebut setelah dua pria Muslim ditangkap dan kemudian didakwa di Republik Irlandia sehubungan dengan dugaan rencana pembunuhan Vilks.