Ankara, Purna Warta – Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, telah memperingatkan tentang penyebaran Islamofobia di seluruh Eropa. Ia mengatakan bahwa “virus” sentimen anti-Muslim mengubah benua itu menjadi “penjara terbuka” bagi jutaan Muslim yang tinggal di sana.
Berbicara di ibu kota Turki, Ankara pada hari Rabu (12/5), Erdogan menyuarakan keprihatinan atas meningkatnya kekerasan dan diskriminasi terhadap Muslim di Eropa dan menarik analogi antara Islamofobia dan wabah virus korona di benua itu.
Baca Juga : Hizbullah Disebut Siap Jalankan Serangan Besar-besaran Jika Israel Coba Serang Lebanon
“Virus Islamofobia, yang sama berbahayanya dengan virus corona, menyebar dengan cepat, terutama di negara-negara Eropa,” kata Erdogan, seraya menambahkan bahwa situasi terkait risiko keamanan bagi umat Islam di Eropa mengkhawatirkan.
Presiden Turki menyebut rasisme, diskriminasi dan intoleransi agama merupakan sedikit dari “penyakit sosial” yang berkecamuk di seluruh Eropa. Ia pun menekankan bahwa benua itu “semakin berubah menjadi penjara terbuka untuk saudara dan saudari kita.”
Lebih terperinci, Erdogan menyatakan keprihatinan atas langkah pemerintah Prancis bulan lalu yang mengesahkan undang-undang yang diskriminatif terhadap pemeluk agama Islam meskipun mendapat reaksi keras dari komunitas agama.
“Mengesahkan RUU semacam itu, yang secara terbuka bertentangan dengan hak asasi manusia, kebebasan berkeyakinan, dan nilai-nilai Eropa, akan menjadi pedoman bagi demokrasi Prancis,” katanya.
“Kami meminta pihak berwenang Prancis, dan pertama-tama Presiden Emmanuel Macron, untuk bertindak secara bijaksana,” tambah Erdogan. “Kami mengharapkan penarikan cepat dari RUU ini.”
Pada 12 April, pemerintah Prancis mengeluarkan undang-undang baru untuk membasmi apa yang disebutnya “separatisme Islam”, yang akan memberi negara lebih banyak kekuasaan untuk memeriksa dan membubarkan kelompok-kelompok agama atas dugaan ancaman terhadap bangsa.
Baca Juga : Presiden Iran Seru Seluruh Negara Islam Bersatu Melawan Israel
Macron sebelumnya telah memicu kontroversi setelah membuat pernyataan yang menghina Islam dan membela penerbitan kartun suci Nabi Muhammad (SAW) atas nama “kebebasan berbicara”.
Pernyataannya tersebut memicu protes di seluruh dunia dan mendorong seruan untuk memboikot barang-barang Prancis.
Sentimen anti-Muslim telah meningkat di seluruh Eropa dalam beberapa tahun terakhir setelah serangan terorisme di sejumlah negara Eropa. Serangan itu dilakukan oleh simpatisan ISIS atau anggota kelompok teror yang telah kembali ke negara asal mereka setelah kekalahan mereka di Irak dan Suriah.
Selain itu, kebangkitan ideologi sayap kanan dan penyebaran kebijakan anti-imigrasi telah memperburuk status agama minoritas di Eropa.
Mantap