Moskow, Purna Warta – Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev mengatakan konfrontasi dengan Barat akan berlangsung selama beberapa dekade, memperingatkan terhadap konflik dan perang nuklir yang sangat mungkin terjadi.
Medvedev, wakil kepala Dewan Keamanan Presiden Vladimir Putin, mengatakan dalam sebuah artikel yang diterbitkan di surat kabar Rossiiskaya Gazeta yang berafiliasi dengan pemerintah bahwa skenario apokaliptik tidak hanya mungkin tetapi juga sangat mungkin terjadi.
Baca Juga : Penghinaan Al-Qur’an, Betulkah Bentuk Kebebasan Berbicara?
Mantan Presiden Rusia itu telah berulang kali memperingatkan bahwa dukungan Barat untuk Ukraina dapat membuat risiko perang nuklir tak tertahankan – konflik yang menurut Medvedev tidak akan ada pemenangnya.
Mantan presiden Rusia itu mengatakan potensi konflik selama puluhan tahun dapat diatasi jika kedua belah pihak terlibat dalam negosiasi serius. Medvedev menunjuk ketidaksepakatan yang signifikan atas Ukraina dan struktur tatanan dunia sebagai sumber ketegangan.
Sejak dimulainya perang di Ukraina pada Februari 2022, Amerika Serikat dan sekutu Baratnya telah menyediakan peralatan militer senilai puluhan miliar dolar kepada Kiev. Senjata yang dipasok termasuk sistem roket, drone, tank dan kendaraan lapis baja dan sistem komunikasi karena laporan juga menunjukkan kemungkinan pasokan jet tempur F-16.
Medvedev mengatakan konflik di Ukraina bisa menjadi permanen mengingat pentingnya keberadaannya bagi Moskow. Barat telah berkomitmen untuk mendukung Kiev selama diperlukan, meskipun ada peringatan dari Moskow bahwa bantuan militer hanya akan memperpanjang konflik.
Medvedev juga menegaskan kembali komitmen Moskow untuk mencegah Ukraina bergabung dengan NATO. Dia mengatakan tujuannya adalah untuk menghilangkan ancaman keanggotaan NATO di Ukraina, dan Moskow akan mencapainya dengan satu atau lain cara.
Baca Juga : Pendaratan Darurat Pesawat Israel Takut Akan Pertahanan Udara Suriah
Presiden Vladimir Putin juga mencerca Barat karena mendorong ekspansi NATO ke arah timur, terutama mendekati bekas republik Soviet seperti Ukraina dan Georgia.
Ukraina terakhir ditawari keanggotaan NATO pada 2008 dengan syarat memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Rencana Aksi Keanggotaan.