Brussels, Purna Warta – Para pemimpin Azerbaijan dan Armenia sepakat dalam pertemuan Brussels untuk bekerja lebih jauh terkait rencana perjanjian damai untuk wilayah Karabakh.
Konflik yang ada telah memicu gelombang protes di Yerevan akibat klaim oposisi yang mengatakan bahwa PM Pashinyan telah salah menangani konflik dengan Baku.
Baca Juga : Iran Berlakukan Larangan Impor iPhone
Kedua pemimpin mengadakan diskusi yang jujur dan produktif yang dimediasi Uni Eropa di Brussels, kata Presiden Dewan Eropa Charles Michel pada hari Minggu.
“Para pemimpin sepakat untuk memajukan diskusi tentang perjanjian damai masa depan yang mengatur hubungan antar negara antara Armenia dan Azerbaijan,” kata Michel dalam sebuah pernyataan.
“Prosesnya akan dimulai dalam beberapa minggu mendatang”, katanya, seraya menambahkan bahwa dia telah menekankan kepada kedua pemimpin itu bahwa “hak dan keamanan penduduk etnis Armenia di Karabakh perlu ditangani”.
Juga akan ada pertemuan Komisi Perbatasan dalam beberapa hari mendatang, yang akan membahas masalah delimitasi perbatasan dan cara terbaik untuk memastikan situasi yang stabil.
Baca Juga : 4 Warga Tewas dalam Badai Dahsyat di Timur Kanada
Para pemimpin juga sepakat bahwa jaringan transportasi perlu dibuka blokirnya.
Nikol Pashinyan, yang saat ini sedang menghadapi tekanan untuk mengundurkan diri, berbicara tentang persiapan proses negosiasi normalisasi hubungan kedua negara, masalah kemanusiaan, serta penyelesaian konflik Nagorno Karabakh, kata pernyataan dari kantornya.
Kantor Ilham Aliyev mengatakan presiden menyatakan harapannya bahwa proses penyusunan perjanjian damai antara kedua negara segera dipercepat.
Pertemuan lain yang diatur oleh Uni Eropa antara Aliyev dan Pashinyan dijadwalkan pada Juli atau Agustus, kata Michel.
Baca Juga : Biden: Semua Orang Harus Khawatir atas Wabah Cacar Monyet
Penghinaan Nasional
Selama konflik 44 hari, Azerbaijan membebaskan beberapa kota dan sekitar 300 pemukiman dan desa yang telah diduduki oleh Armenia selama hampir 30 tahun.
Pada Januari 2021, para pemimpin Rusia, Azerbaijan dan Armenia menandatangani pakta untuk mengembangkan hubungan ekonomi dan infrastruktur untuk memberi manfaat bagi seluruh kawasan. Ini juga termasuk pembentukan kelompok kerja trilateral di Karabakh.
Pakta itu dilihat di Armenia sebagai penghinaan nasional dan memicu protes anti-pemerintah selama berminggu-minggu, yang membuat Pashinyan mengadakan pemilihan parlemen cepat yang dimenangkan partainya, Civil Contract, September lalu.
Baca Juga : PBB: 18 Juta Orang Hadapi Kelaparan Parah di Afrika Barat