Universitas di Afghanistan Dibuka, Hanya Sedikit Wanita yang Kembali

Universitas di Afghanistan Dibuka, Hanya Sedikit Wanita yang Kembali

Kabul, Purna Warta Universitas-universitas utama Afghanistan telah dibuka kembali enam bulan setelah Taliban kembali berkuasa, tetapi hanya sedikit wanita yang kembali ke kelas yang sekarang ini sudah dipisahkan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan.

Pada hari Sabtu Universitas Kabul, yang tertua dan terbesar di negara itu, dengan jumlah mahasiswa sekitar 25.000 tahun lalu, dibuka kembali tanpa gembar-gembor media dan hanya sedikit mahasiswa yang hadir.

Baca Juga : Uni Eropa Bekukan Aset Milik Putin dan Lavrov

Para Satpam Taliban menolak akses wartawan ke kampus yang luas dan mengusir tim media yang berlama-lama di dekat pintu masuk.

Jurnalis AFP berbicara kepada beberapa siswa dengan jarak yang lumayan jauh dari pintu gerbang. Gadis tersebut mengungkapkan perasaan campur aduk setelah hari pertama mereka kembali.

“Saya senang universitas dibuka kembali.. kami ingin melanjutkan studi kami,” kata seorang mahasiswa jurusan bahasa Inggris yang memperkenalkan diri dengan nama Basira.

Tapi dia mengatakan ada “beberapa kesulitan” – termasuk siswa dimarahi oleh penjaga Taliban karena membawa ponsel mereka ke kelas.

Baca Juga : Konflik di Kyiv Meningkat, Taliban Serukan Rusia & Ukraina Tahan Diri

“Mereka tidak berperilaku baik dengan kami… mereka kasar,” katanya.

Sebagian besar sekolah menengah untuk anak perempuan dan semua universitas negeri ditutup menyusul pengambilalihan Taliban pada 15 Agustus. Pengambilalihan itu memicu kekhawatiran kaum perempuan yang akan dilarang mengenyam pendidikan, seperti yang terjadi selama pemerintahan pertama kelompok itu, dari 1996-2001.

Taliban bersikeras mereka akan mengizinkan anak perempuan dan perempuan untuk dididik kali ini – tetapi hanya di kelas terpisah dan sesuai dengan kurikulum Islam.

Tidak Ada Siswa di Panjshir

Ada juga kampus-kampus yang kekurangan dosen, katanya, sembari menambahkan, “Mungkin karena beberapa telah meninggalkan negara.”

Baca Juga : Rusia Veto Resolusi Dewan Keamanan PBB Terkait Ukraina

Gambaran serupa muncul dari kampus-kampus di seluruh negeri, meskipun tidak ada mahasiswa yang kembali ke kelas di Universitas Panjshir, di jantung perlawanan yang baru lahir terhadap pemerintahan Taliban.

“Saya tidak tahu apakah mereka akan datang besok, atau lusa, atau tidak,” kata Profesor Noor-ur-Rehman Afzali.

Panjshir adalah provinsi terakhir yang jatuh ke tangan Taliban. Jaber Jibran, seorang kepala fakultas, mengatakan beberapa ruang kelas yang hancur dalam pertempuran itu masih belum diperbaiki.

Di Herat, kota Jalur Sutra kuno di dekat perbatasan Iran dan pernah menjadi salah satu pusat intelektual terpenting di dunia Islam, para siswa juga mengeluhkan kurangnya pengajar.

Baca Juga : [FOTO] – Kerumunan Warga Ukraina Berdesakan di Stasiun Kiev untuk Mengungsi

“Beberapa profesor kami juga telah meninggalkan negara itu, tetapi kami senang gerbang universitas terbuka,” kata Parisa Narwan, yang belajar seni.

Di Kabul, sejumlah mahasiswa mengatakan kehidupan kampus bagi perempuan sekarang sangat berbeda dengan sebelumnya.

“Kami diberitahu untuk tidak keluar dari kelas kami,” katanya kepada AFP.

“Tidak ada kafetaria lagi… kami tidak diperbolehkan pergi ke halaman universitas.”

Baca Juga : [VIDEO] – Presiden Chechnya Ghadirov: Kami Dukung Rusia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *