Dhaka, Purna Warta – Ratusan pekerja telah dipecat oleh pabrik garmen di Bangladesh sejak demonstrasi dimulai pada bulan Oktober untuk mendapatkan upah layak. Tiga serikat pekerja yang mewakili setengah juta pekerja mengatakan banyak pekerja juga melarikan diri karena takut ditangkap.
Baca Juga : Tiongkok Desak Kewaspadaan Regional Terkait Rencana AS Rebut Kembali Lapangan Udara Pasifik
Mewakili para pekerja, tiga serikat pekerja, yaitu Federasi Pekerja Garmen dan Industri Bangladesh, Federasi Pekerja Garmen Nasional dan Dewan Persatuan Pekerja Garmen Bangladesh, memperkirakan bahwa 1.000 hingga 5.000 pekerja telah dipecat atau bersembunyi selama dua bulan terakhir.
Merek fesyen besar Barat, termasuk Walmart, Zara, H&M, Puma, dan Adidas telah mengeksploitasi pekerja industri garmen di Bangladesh dengan membayar mereka di bawah biaya produksi.
Pada bulan Oktober, segalanya berubah menjadi berdarah. Empat pekerja pabrik tewas dan puluhan lainnya terluka dalam bentrokan antara pengunjuk rasa dan aparat penegak hukum.
Menurut penelitian yang diterbitkan pada bulan Januari 2023 oleh Universitas Aberdeen dan kelompok advokasi Transform Trade, lebih dari separuh pabrik pakaian mengalami pembatalan pesanan, penolakan membayar, penurunan harga, atau penundaan pembayaran barang.
Menyusul protes yang menuntut kenaikan gaji, polisi mengajukan ratusan Laporan Informasi Pertama (FIR) terhadap orang tak dikenal karena vandalisme. Momanul Islam, seorang pejabat senior polisi di Ashila, sebuah pusat garmen, mengatakan polisi belum menangkap satu pun pekerja garmen yang bergabung dalam protes.
Pemerintah pada bulan November sepakat untuk menaikkan upah minimum lebih dari 56% menjadi 12.500 taka ($114) per bulan. Namun para pekerja menganggapnya terlalu rendah. Harga baju poliester H&M biasa adalah sekitar $70, yang kira-kira sama dengan upah minimum saat ini sebesar 8.000 taka ($72,5) per bulan untuk pekerja garmen di Bangladesh.
Bahkan jika gajinya dinaikkan menjadi 12.500 taka ($114) per bulan, pakaian yang sama akan menghabiskan lebih dari setengah gaji bulanan pekerja garmen di Bangladesh. Bangladesh telah menjadi eksportir garmen terbesar kedua di dunia setelah Tiongkok karena perusahaan multinasional terus melakukan pelecehan terhadap pekerja Bangladesh.
Baca Juga : Tekan Yaman, Amerika Hentikan Bantuan Kemanusiaan
Eksploitasi pekerja dan buruknya standar keselamatan kerja terlihat jelas ketika kompleks Rana Plaza runtuh pada tahun 2013. Lebih dari 1.100 pekerja garmen meninggal. Insiden ini dilaporkan sebagai insiden paling mematikan dalam sejarah industri garmen.