Tehran, Purna Warta – Iran telah mengecam reaksi beberapa negara Barat terhadap keberhasilan peluncuran rudal balistik jarak menengah baru Khaibar yang dipandu presisi, dengan mengatakan mereka menentang peningkatan “kekuatan pertahanan” Republik Islam.
Dalam sebuah tweet pada hari Jumat (26/5), juru bicara Kementerian Luar Negeri Nasser Kan’ani merujuk pada sejarah negara-negara Barat mempersenjatai rezim Saddam Hussein selama perang delapan tahun yang dipaksakan terhadap Iran pada 1980-an.
Baca Juga : Laporan: Israel Sembunyikan Kerugian Pertempuran Proyeksikan Citra Tak Terkalahkan
“Pemerintah Barat yang sama, terutama AS dan Perancis, yang memainkan peran besar dalam memprovokasi dan mempersenjatai rezim Baath Saddam untuk menyerang Iran dan menghujani kota-kota dan orang-orang Iran dengan rudal, mereka adalah pemasok utama senjata ke wilayah tersebut, sekarang khawatir tentang kekuatan pertahanan Iran,” tulis juru bicara itu.
“Mereka menentang Iran yang kuat,” tegasnya.
Iran pada hari Kamis berhasil menguji rudal balistik kelas Khurramshahr tercanggih bernama Khaibar, rudal jarak menengah yang dapat mengirimkan hulu ledak 1.500 kg dengan akurasi tinggi.
Rudal itu tampilkan di hadapan Menteri Pertahanan Brigadir Jenderal Mohammad Reza Ashtiani selama acara memperingati 41 tahun pembebasan kota barat daya Khorramshahr.
Dikembangkan oleh Organisasi Industri Dirgantara Kementerian Pertahanan, Khaibar adalah rudal berbahan bakar cair dengan jangkauan 2.000 kilometer. Jangkauannya yang ditingkatkan, sistem panduan dan kontrol yang canggih dan fitur struktural yang ditingkatkan semakin memperkuat posisi Iran sebagai kekuatan rudal yang tangguh.
Washington dan Paris merilis pernyataan setelah peluncuran yang sukses.
“Kegiatan ini semakin mengkhawatirkan dalam konteks eskalasi program nuklir Iran yang terus berlanjut,” kata juru bicara kementerian luar negeri Perancis Anne-Claire Legendre kepada wartawan, Kamis.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller juga mengklaim bahwa “pengembangan dan proliferasi rudal balistik Iran merupakan ancaman serius bagi keamanan regional dan internasional,” saat ia berbicara pada pengarahan hari Kamis di Washington.
Negara-negara Barat mengklaim bahwa uji coba rudal dan peluncuran roket Iran melanggar Resolusi PBB 2231, yang diadopsi pada Juli 2015 untuk mendukung perjanjian nuklir 2015 antara Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB plus Jerman.
Baca Juga : Rusia Tutup Konsulat Swedia Sebagai Tindakan Pembalasan
Iran dengan keras menolak tuduhan AS bahwa mereka telah melanggar resolusi PBB, bersikeras bahwa uji coba rudal dan peluncuran roketnya semata-mata untuk tujuan pertahanan dan tidak dirancang untuk membawa hulu ledak nuklir.
Iran selalu mengatakan bahwa kesepakatan nuklir tidak mempengaruhi haknya untuk membangun dan memiliki pertahanan nasional yang kuat, terutama setelah menghadapi sanksi internasional yang mencegahnya membeli senjata untuk mempertahankan diri dari perang delapan tahun yang dimulai Irak pada 1980.