Kashmir, Purna Warta – Ketegangan meningkat di Kashmir yang dikelola India setelah pasukan keamanan India menangkap ratusan orang yang diduga terkait dengan pembunuhan tujuh warga sipil. Keamanan telah diperketat di seluruh wilayah setelah sebuah kelompok militan mengaku bertanggung jawab atas serangan itu.
Kashmir yang dikuasai India menyaksikan peningkatan ketegangan setelah tujuh warga sipil dari komunitas Muslim, Hindu dan Sikh tewas dalam serangan terpisah pekan lalu.
Ketegangan meningkat setelah pasukan keamanan India menahan lebih dari 700 warga Kashmir dengan tuduhan memiliki hubungan dengan pria bersenjata yang membunuh warga sipil.
Terduga sejauh ini kelompok militan tersebut telah membunuh 28 warga sipil di Kashmir yang Dikelola India pada tahun 2021. Dari para korban tersebut, 21 adalah Muslim, 5 milik komunitas Hindu dan Sikh setempat, dan dua pekerja non-Hindu lokal.
Politisi di Kashmir telah mengkritik pasukan keamanan India karena kegagalan mereka untuk melindungi kehidupan warga sipil, dengan mengatakan bahwa Kashmir sekarang sedang menyaksikan upaya baru yang mengganggu keharmonisan sosialnya.
Muslim yang merupakan mayoritas di Kashmir mengecam serangan yang terjadi baru-baru ini. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak ingin ketegangan yang mencengkeram Kashmir pada 1990-an terulang kembali.
Selama dua hari terakhir, setidaknya lima personel tentara India dan lima pejuang anti-India tewas dalam pertempuran senjata terpisah yang dipicu oleh pembunuhan warga sipil dan penangkapan massal setelahnya. Pihak berwenang juga meningkatkan keamanan di seluruh wilayah setelah kelompok militan pro-kebebasan baru, yang dijuluki ‘Front Perlawanan’mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan warga sipil.
Kashmir adalah wilayah yang disengketakan oleh India dan Pakistan. Kedua negara menguasai wilayah di beberapa bagian dan telah berperang beberapa kali di wilayah tersebut.
Gelombang kekerasan baru di kawasan itu telah meneror orang. Banyak warga setempat mengatakan bahwa ketidakharmonisan agama di Kashmir adalah rekayasa dan sengaja dieksploitasi untuk keuntungan politik terutama menjelang pemilihan umum di India.