Kolombo, Purna Warta – Mahinda Yapa Abeywardana, ketua parlemen Sri Lanka, mengatakan kepada wartawan pada hari Jumat bahwa Rajapaksa menyerah pada kamis malam dan telah mengundurkan diri. Hal ini berarti akhir dari dominasi politik dua dekade keluarga Rajapaksa.
Dia menyerukan parlemen untuk bersidang pada hari Sabtu(16/17) untuk memulai proses pemilihan pemimpin baru untuk menggantikan Rajapaksa. Prosesnya bisa memakan waktu hingga satu bulan.
Baca Juga : Menlu Saudi: Tidak Ada Kesepakatan Dengan Amerika Mengenai Minyak
Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe telah dilantik sebagai penjabat presiden. Di bawah konstitusi Sri Lanka, Wickremesinghe — yang kepergiannya juga dituntut oleh pengunjuk rasa — akan menjabat sebagai penjabat presiden sementara sampai parlemen memilih pengganti Rajapaksa untuk sisa masa jabatannya.
Menurut laporan, mengutip sumber, surat pengunduran diri itu dikirim melalui email setelah Rajapaksa mendarat di Singapura dari Maladewa.
Pemimpin Sri Lanka yang diperangi itu tiba di Singapura pada Kamis pagi setelah pertama kali terbang ke Maladewa pada Selasa malam. Dia dilaporkan ditemani oleh istri dan dua pengawalnya.
Pihak Singapura mengatakan bahwa presiden buronan itu telah diizinkan memasuki negara itu dalam “kunjungan pribadi” tetapi tidak meminta atau diberikan suaka.
Baca Juga : Kelaparan Terus Merenggut Korban di Yaman
Pihak Kementerian Luar Negeri Singapura menegaskan bahwa “Telah dipastikan bahwa Tuan Rajapaksa telah diizinkan masuk ke Singapura untuk kunjungan pribadi. Dia tidak meminta suaka dan juga tidak diberikan suaka. Singapura umumnya tidak mengabulkan permintaan suaka.”
Pengunduran diri Rajapaksa terjadi ketika para pengunjuk rasa mundur dari gedung-gedung publik yang mereka serang beberapa hari lalu, dan bersumpah untuk terus menekan pihak berwenang.
Perdana Menteri Wickremesinghe, yang kediaman dan kantornya diserbu oleh pengunjuk rasa awal pekan ini, juga menghadapi seruan untuk mengundurkan diri.
“Kami ingin Ranil pulang,” kata Malik Perera, seorang pengemudi becak berusia 29 tahun yang ambil bagian dalam protes parlemen, seperti dikutip pada Kamis. “Mereka telah menjual negara. Kami ingin orang baik mengambil alih. Sampai hal itu belum tercapai, kami tidak akan berhenti.”
Baca Juga : Reaksi Ansarullah terhadap Konferensi Jeddah
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa António Guterres pada hari Kamis mengatakan dia mengikuti peristiwa yang terjadi di Sri Lanka dengan “sangat dekat” dan menyerukan “transisi yang damai serta demokratis.”