Kolombo, Purna Warta – Angkatan udara negara itu mengkonfirmasikan bahwa politisi veteran, Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa yang berusia 73 tahun melarikan diri ke Maladewa bersama istri dan dua pejabat keamanannya, bahkan ketika pengunjuk rasa yang marah menyerbu kantor Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe yang menuntut penggulingannya.
Kepergian Rajapaksa, setelah berbulan-bulan terjadi demonstrasi besar-besaran, menandai berakhirnya sebuah dinasti yang mendominasi politik Sri Lanka selama dua dekade terakhir.
Baca Juga : Iran Tegaskan Setiap Tindakan Bodoh Israel akan Mendapat Balasan
Wickremesinghe sebelumnya pada hari Rabu mengumumkan keadaan darurat, dan jam malam regional di provinsi barat yang bergolak itu. Rajapaksa juga diperkirakan akan mengajukan pengunduran dirinya pada hari Rabu.
Warga Sri Lanka, yang menderita karena krisis kekurangan makanan, bahan bakar, dan listrik selama berbulan-bulan, mengetahui bahwa presiden yang melarikan diri itu telah mengatakan kepada ketua parlemen Mahinda Yapa Abeywardena untuk mengumumkan bahwa dirinya akan mengundurkan diri pada hari Rabu dan Wickremesinghe harus menjadi presiden sementara.
“Presiden menghubungi saya melalui telepon dan mengatakan pihaknya akan memastikan bahwa surat pengunduran dirinya akan saya terima hari ini,” kata Abeywardena, sembari melanjutkan “Saya mengimbau masyarakat untuk memiliki kepercayaan pada proses parlemen yang telah kami uraikan untuk menunjuk presiden baru pada tanggal 20 dan berlangsung damai.”
Baca Juga : Sana’a Kritik Ketidakpatuhan Koalisi Agresor terhadap Gencatan Senjata
Pulau berpenduduk 22 juta orang itu sedang berjuang dengan krisis ekonomi terburuknya sejak kemerdekaannya pada tahun 1948, di tengah kekurangan devisa yang parah yang membatasi impor bahan bakar, makanan, dan obat-obatan.
Melonjaknya inflasi, pada rekor 54,6 persen pada bulan Juni dan diperkirakan akan mencapai 70 persen dalam beberapa bulan mendatang, telah menambah kesulitan bagi para penduduk Srilangka.
Para pemimpin Srilanka telah berbulan-bulan mencari bailout $3 miliar dari Dana Moneter Internasional yang didominasi AS dan restrukturisasi beberapa utang luar negeri, tetapi tawaran itu tidak terjawab.
Ketidakpuasan telah memburuk dalam beberapa pekan terakhir karena negara yang kekurangan uang itu berhenti menerima pengiriman bahan bakar, dan memaksa untuk dilakukannya penutupan sekolah, penjatahan bensin dan solar untuk layanan penting.
Rajapaksa bersembunyi setelah kerumunan pengunjuk rasa yang marah menyerbu kediaman pribadinya di ibu kota Kolombo dan membakarnya pada hari Sabtu.
Baca Juga : Rusia: AS dan Sekutu di Ambang Konfrontasi Militer Dengan Moskow
Setelah penerbangan presiden dan serangan pengunjuk rasa di kantor Wickremesinghe, kantor perdana menteri mengumumkan keadaan darurat dan penerapan jam malam dengan segera. Namun, aturan tersebut segera dibatalkan, lalu kantor PM mengatakan bahwa langkah tersebut akan diumumkan lagi nanti.
“Para pengunjuk rasa tidak punya alasan untuk menyerbu kantor perdana menteri. Mereka ingin menghentikan proses parlementer. Tapi kita harus menghormati Konstitusi. Jadi pasukan keamanan telah menyarankan saya untuk memberlakukan keadaan darurat dan penentuan jam malam. Saya sedang berusaha untuk melakukan itu,” kata Wickremesinghe dalam sebuah pernyataan.