Purna Warta – Kelompok hak asasi manusia mendesak Bangladesh untuk segera menghentikan rencananya untuk merelokasi ribuan pengungsi Muslim Rohingya ke pulau terpencil yang rawan banjir di Teluk Benggala.
Ada laporan bahwa pemerintah Dhaka berencana untuk memulai relokasi sekitar 4.000 Muslim Rohingya ke Bhasan Char minggu depan dalam upaya untuk mengurangi kepadatan di kamp-kamp pengungsi di distrik Cox’s Bazar, di perbatasan dengan Myanmar.
“Bangladesh harus menghentikan proses relokasi yang tergesa-gesa ini,” kata Ismail Wolff, direktur regional Fortify Rights, Kamis (3/12).
“Tidak ada satu pun pengungsi yang boleh dipindahkan sampai semua masalah hak asasi manusia dan kemanusiaan diselesaikan,” lanjutnya.
Dalam pernyataan terpisah pada Kamis, Saad Hammadi, juru kampanye Amnesti Internasional Asia Selatan, mengatakan, “Pihak berwenang harus segera menghentikan relokasi lebih banyak pengungsi ke Bhashan Char.”
“Relokasi begitu banyak pengungsi Rohingya ke pulau terpencil, yang masih terlarang bagi semua orang, termasuk kelompok hak asasi manusia dan jurnalis, tanpa izin sebelumnya, menimbulkan keprihatinan besar tentang pemantauan hak asasi manusia secara independen,” kata Hammadi.
Dia mengatakan Bangladesh harus terlebih dahulu membiarkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan badan-badan kemanusiaan melakukan penilaian independen terhadap kelayakan hunian Bhashan Char.
Salah seorang pejabat senior lokal yang tak isebutkan namanya mengatakan kepada Reuters bahwa “banyak keluarga” telah dipindahkan dari kamp di Cox’s Bazar pada Rabu malam, tetapi menolak untuk memberikan nomornya.
Pejabat Bangladesh juga mengatakan 400 pertama dari 2.500 pengungsi akan pergi pada Kamis malam.
Mohammed Shamsud Douza, wakil pejabat pemerintah Bangladesh yang bertanggung jawab atas pengungsi, mengatakan perumahan telah dibangun untuk 100.000 orang dan pihak berwenang ingin memindahkan mereka selama musim kemarau November hingga April, ketika laut tenang.
Dia juga mengklaim relokasi itu sukarela, dan mengatakan pemerintah telah mengambil semua langkah untuk mengurangi dampak bencana di pulau itu.
PBB mengatakan telah diberikan “informasi terbatas” tentang relokasi dan belum terlibat dalam persiapan, menekankan bahwa “relokasi ke Bhasan Char harus didahului dengan penilaian perlindungan teknis yang komprehensif.”
Jumlah pengungsi di Cox’s Bazar telah membengkak sejak Agustus 2017, ketika tindakan keras yang disponsori negara di negara tetangga Myanmar mendorong sekitar 740.000 Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh. Negara itu sudah menampung sekitar 200.000 warga Rohingya ketika eksodus tahun 2017 dimulai.
Sejak 2018, Bangladesh telah berencana merelokasi para pengungsi Rohingya ke kawasan terpencil tersebut.
Namun kelompok hak asasi manusia telah menyuarakan keprihatinan tentang rencana tersebut karena pulau itu terpencil dan sangat rawan bencana.
Dalam lima dekade terakhir, topan dahsyat telah menewaskan ribuan orang di muara Sungai Meghna, tempat pulau itu berada.
Lebih dari 300 pengungsi dibawa ke pulau itu awal tahun ini setelah menghabiskan beberapa bulan di laut saat berusaha melarikan diri dari Bangladesh. Kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa mereka ditahan di luar keinginan mereka dan telah mengeluhkan pelanggaran hak asasi manusia.
Baca juga: Singapura Beri Lampu Hijau untuk Penjualan Daging Hasil Lab