Pakta Keamanan AS, Inggris dan Australia Picu Kecaman Internasional

File foto yang diambil pada 2 Mei 2018 menunjukkan Presiden Prancis Emmanuel Macron (2/kiri) dan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull (tengah) berdiri di dek HMAS Waller, kapal selam kelas Collins yang dioperasikan oleh Angkatan Laut Australia, di Garden Pulau di Sydney. Australia diperkirakan akan membatalkan kesepakatan senilai 66 miliar USD bagi Prancis untuk membangun kapal selam dan menggantikannya dengan kapal selam bertenaga nuklir yang menggunakan teknologi AS dan Inggris.

Purna Warta – Sebuah pakta keamanan baru yang melibatkan Amerika Serikat, Inggris dan Australia telah memicu kontroversi dan kecaman. AS dan Inggris mengumumkan minggu ini bahwa mereka akan memberi Australia teknologi canggih untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir.

Berdasarkan kesepakatan mereka, angkatan laut Australia akan memiliki kapal selam atom yang jauh lebih cepat karena mereka menggunakan sistem propulsi nuklir dan lebih sulit dideteksi daripada armada konvensional.

Mereka dapat menyelam selama berbulan-bulan dan menargetkan rudal dengan jarak yang lebih jauh. Para pemimpin ketiga negara itu memuji kesepakatan baru itu sebagai langkah yang akan memudahkan untuk melawan ancaman di kawasan Indo Pasifik dan masalah keamanan regional yang menurut mereka telah tumbuh secara signifikan.

Tak satu pun dari mereka menyebut China sebagai ancaman tersebut, tetapi langkah itu dipandang secara luas sebagai inisiatif untuk melawan pengaruh China di kawasan itu, termasuk Laut China Selatan yang kaya akan sumber daya yang diperebutkan.

“Ada dua elemen di sini salah satunya adalah fakta bahwa aliansi ini bisa menjadi versi baru NATO untuk kawasan Indo Pasifik, dan fakta bahwa pembelian kapal selam bertenaga nuklir ini bisa menjadi langkah awal untuk mentransfer lebih banyak teknologi keamanan netral ke Australia yang mungkin dilaksanakan dalam jangka panjang menuju ke kapasitas bom nuklir untuk Australia.” ungkap Angelo Giuliano, jurnalis dan analis Politik.

Amerika Serikat dan sekutunya tidak merahasiakan upaya intensif mereka untuk menahan pengaruh dan kekuatan China yang tumbuh di wilayah tersebut. Banyak pengamat percaya kesepakatan yang baru diumumkan sejalan dengan upaya tersebut.

Sementara itu, perkembangan tersebut diperkirakan akan memperburuk hubungan antara Beijing dan Canberra. Dalam beberapa tahun terakhir, ketegangan politik telah tumbuh di antara keduanya karena sejumlah masalah, termasuk sikap Australia terhadap raksasa telekomunikasi China, Huawei.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Xiao Li Xiang, mengkritik apa yang disebutnya mentalitas perang dingin aliansi pihak AS yang sudah usang dan memperingatkan ketiga negara tersebut agar tidak melakukan tindakan yang akan merugikan kepentingan mereka sendiri. Beberapa media China bahkan mengatakan bahwa Australia kini telah mengubah dirinya menjadi musuh China.

Sementara itu, China bukan satu-satunya pihak yang marah dengan pakta keamanan baru tersebut, Perancis juga mengutuknya.

Australia sekarang akan membatalkan kesepakatan dengan Perancis untuk membeli selusin kapal selam konvensional senilai puluhan miliar dolar.

Menteri Luar Negeri Perancis, Jean-Yves Le Drian, menyebut kesepakatan Australia dengan AS dan Inggris sebagai tikaman dari belakang. Le Drian membahas tentang perkembangan tersebut menggarisbawahi perlunya peningkatan “otonomi strategis Eropa”.

Amerika Serikat dan saingan beratnya China mungkin telah melunakkan retorika mereka terhadap satu sama lain, tetapi ketegangan antara kedua negara adidaya itu membara karena mereka tetap terlibat dalam persaingan global yang intens.

Ada banyak titik nyala dalam hubungan mereka yang sulit, termasuk ketegangan di Laut Cina Selatan dan masalah Taiwan.

Amerika telah menjelaskan bahwa militernya akan mempertahankan kehadirannya yang kuat di kawasan Indo Pasifik di mana ia telah berusaha untuk menahan pengaruh musuh bebuyutannya yang semakin meningkat.

Amerika tampaknya bertekad untuk mengikuti kebijakan yang bertujuan menahan pengaruh China di seluruh dunia. Namun, karena China sama sekali tidak mau mundur, ketegangan diperkirakan akan meningkat di tahun-tahun yang akan datang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *