Kabul, Purna Warta – Demonstrasi di kota-kota Afghanistan masih berlangsung untuk mengutuk penyitaan aset dan menuntut agar AS mencairkan aset luar negeri Afghanistan. Dalam momen yang sama, Taliban mengumumkan hari libur nasional pada 15 Februari untuk menandai peringatan penarikan Soviet.
Taliban menjadikan 15 Februari sebagai hari libur nasional untuk menandai peringatan penarikan Soviet dari Afghanistan. Tanggal itu bertepatan dengan enam bulan pasca penyerbuan mereka ke Kabul yang mengakibatkan pemerintah yang didukung AS runtuh.
Baca Juga : OKI Ungkapkan Keprihatinan atas Larangan Hijab di India
Setelah penyerangan pada Malam Natal tahun 1979 lalu, satu dekade kemudian Tentara Merah mundur setelah kehilangan hampir 15.000 tentara melawan pejuang yang didukung Barat. Perang saudara kemudian terpicu dan yang berujung pada kemunculan Taliban dan kekuasaan pertamanya dari tahun 1996 hingga 2001.
Empat puluh tahun konflik telah membuat Afghanistan menjadi salah satu negara paling miskin di dunia, dan kembalinya Taliban pada 15 Agustus ditambah dengan AS yang membekukan dana luar negerinya, jelas menjerumuskan negara itu lebih dalam ke dalam krisis kemanusiaan.
Protes Anti-AS
Sementara itu, ribuan orang berbaris di kota-kota Afghanistan pada hari Selasa (15/2) untuk memprotes keputusan Presiden Joe Biden pekan lalu yang menyita hampir setengah aset luar negeri negara itu; sekitar $3,5 miliar, sebagai kompensasi bagi korban serangan 11 September 2001 yang dilakukan oleh Al Qaeda yang mendorong invasi pimpinan AS akhir tahun itu.
Baca Juga : Pakistan Beri Jalan untuk India kirim Gandum ke Afghanistan
“Jika seseorang menginginkan kompensasi, seharusnya orang Afghanistan itu sendiri,” kata Mir Afghan Safi, ketua asosiasi pedagang valas negara itu, saat dia berpartisipasi dalam demonstrasi di Kabul.
“Dua gedung mereka memang hancur, tetapi semua provinsi kami dan semua negara kami telah dihancurkan.”
Taliban, yang mengatakan menginginkan hubungan baik dengan Washington pasca penarikan AS pada Agustus, akhirnya menyebut penyitaan aset Afghanistan sebagai “pencurian”.
Banyak warga Afghanistan sepakat dengan Taliban, termsauk mereka yang berada di pengasingan setelah melarikan diri dari negara itu untuk menghindari kekuasaan garis keras Taliban.
Baca Juga : PBB: Tanduk Afrika Kekeringan, Jutaan Orang Beresiko Kelaparan
Beberapa di antara kerumunan meneriakkan “Mampus Amerika”, dan “Mampus Joe Biden”.
Taliban memperingatkan pada Senin malam bahwa mereka mau tidak mau akan mempertimbangkan kembali kebijakan mereka terhadap Amerika Serikat kecuali Washington melepaskan asetnya.
“Serangan 9/11 tidak ada hubungannya dengan Afghanistan,” kata wakil juru bicara kelompok itu dalam sebuah pernyataan.
Konsekuensi dari Pendudukan Soviet
Tidak jelas tindakan apa yang bisa dilakukan Taliban, tetapi sebelumnya mereka mengatakan akan mengizinkan ribuan warga Afghanistan yang bekerja untuk Amerika Serikat dan kekuatan Barat lainnya meninggalkan negara itu untuk perlindungan yang dijanjikan di luar negeri.
“Penarikan Soviet bukanlah pencapaian tetapi hanya awal dari krisis,” kata analis Afghanistan Ahmad Saeedi di pengasingan.
Baca Juga : NATO : Penarikan Tentara Rusia Tidak Menunjukkan Tanda De-Eskalasi
“Afghanistan sekali lagi berada di ambang kegagalan dengan tantangan yang semakin meningkat,” katanya kepada kantor berita AFP.
Dia mengatakan Taliban telah “kehilangan banyak waktu” dalam enam bulan sejak mengambil alih kekuasaan.
“Karena situasi ini mereka juga tidak dapat membentuk pemerintahan yang inklusif… dan itu diperkirakan akan meningkatkan tekanan pada mereka dari dalam dan luar negeri.”
Ada banyak tanda-tanda pendudukan AS yang masih terlihat jelas di jalan-jalan Kabul; dari senjata yang dijarah Taliban saat mereka menyapu kemenangan, hingga penghalang beton yang didirikan untuk mencoba menghentikan pemberontakan 20 tahun mereka. Namun hanya ada sedikit tanda-tanda pendudukan era Soviet.
Namun, veteran Hayatullah Ahmadzai, yang berperang dengan pejuang melawan kekuatan Moskow, mengatakan bahwa Taliban adalah sebuah konsekuensi yang tak terelakkan.
Baca Juga : Sekolah di Karnataka India Kembali Dibuka, Gadis Muslim India Dipaksa Lepas Hijab + Video
Setelah Soviet pergi, pria berusia 74 tahun itu mengatakan kepada AFP, situasinya “berakhir dalam kekacauan, melahirkan Taliban.”