New Delhi, Purna Warta – Panas dan teriknya udara di dua negara bagian terpadat di India telah membuat banyak rumah sakit kewalahan dan kasus kematian melonjak. Tidak sedikit kamar mayat yang penuh, aliran listrik yang terputus membuat banyak staf dan keluarga pasien menggunakan buku untuk berkipas.
Otoritas terkait menyebutkan bahwa jumlah korban tewas yang terkait dengan pemadaman listrik dan udara panas mencapai hampir 170 jiwa.
Baca Juga : Rusia Buka Kantor Kedutaan di Al-Quds Sebagai Kebijakan Politik
Di negara bagian utara Uttar Pradesh, 119 orang telah meninggal karena penyakit yang berhubungan dengan panas selama beberapa hari terakhir. Negara bagian Bihar yang bertetanggaaan dengan Uttar Pradesh melaporkan terdapat 47 kematian, menurut laporan berita dan pejabat kesehatan pada hari Selasa (20/6).
“Begitu banyak orang sekarat karena hawa yang panas sehingga kami tidak punya waktu semenit pun untuk beristirahat. Pada hari Minggu, saya membawa 26 mayat,” kata Jitendra Kumar Yadav, seorang pengemudi mobil jenazah di kota Deoria, 110 kilometer (68 mil) dari Ballia, kepada kantor berita The Associated Press.
Penduduk lain mengatakan mereka takut pergi keluar ketika siang hari mulai tiba.
Rumah sakit terbesar di distrik Ballia di Uttar Pradesh tidak mampu menampung lebih banyak pasien.
Para pejabat mengatakan kamar mayat penuh setelah 54 orang, semuanya lansia yang menderita berbagai masalah kesehatan, meninggal akibat gelombang panas. Beberapa keluarga diminta untuk membawa pulang jenazah kerabatnya.
Baca Juga : Iran: Israel Lakukan Kejahatan Terorganisir dan Terorisme Resmi terhadap Palestina
Pada hari Minggu, menteri kesehatan negara bagian, Brajesh Pathak, mengatakan tim beranggotakan dua orang dikerahkan untuk menyelidiki kasus yang menyebabkan banyak kematian dan menyelidiki berapa banyak dari mereka yang terkait langsung dengan panas.
Wilayah utara India terkenal dengan panas terik selama berbulan-bulan. Suhu secara konsisten berada di atas normal, menurut Departemen Meteorologi India, dengan suhu tertinggi mencapai 43,5 derajat Celcius. Di India, gelombang panas mulai diumumkan jika suhu setidaknya 4,5 derajat di atas normal, atau jika suhu di atas 45 derajat Celcius.
“Kami telah mengeluarkan peringatan gelombang panas selama beberapa hari terakhir,” kata Atul Kumar Singh, seorang ilmuwan di IMD.
Meski sudah diperingatkan, pemerintah tidak meminta warga bersiap-siap menghadapi panas hingga Minggu, meskipun jumlah korban tewas mulai meningkat.
Baca Juga : 20 Badan Intelijen Asing Berperan Aktif Dalam Kerusuhan Iran
Fasilitas yang tidak memadai
Hawa dan cuaca panas ditambah dengan pemadaman listrik di seluruh wilayah, membuat banyak orang tidak memiliki aliran air, kipas angin, atau AC semakin sengsara.
Ketua Menteri Uttar Pradesh Yogi Adityanath mengatakan pemerintah mengambil langkah-langkah untuk memastikan pasokan listrik tidak terganggu. Dia mengimbau warga untuk bekerja sama dan menggunakan listrik secara bijaksana.
“Setiap desa dan setiap kota harus mendapat pasokan listrik yang cukup selama panas yang menyengat ini. Jika ada kesalahan yang terjadi, maka harus segera ditangani,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Di dalam rumah sakit distrik Ballia, suasana kacau mengulangi memori terkait pandemi virus corona, di mana keluarga dan dokter saling berebut karena banyak pasien membutuhkan perhatian segera. Koridor berbau pesing, dipenuhi sampah dan limbah medis, dan dinding rumah sakit ternoda ludah bekas kunyahan daun sirih.
Bangsal di rumah sakit tidak memiliki AC yang berfungsi, dan unit pendingin yang dipasang tidak berfungsi dengan baik karena fluktuasi daya. Petugas mengipasi pasien dengan buku dan menyeka keringat mereka untuk menjaga mereka tetap dingin.
Baca Juga : Israel Akan Membangun 4.500 Unit Pemukiman Ilegal Kembali di Tepi Barat
Para pejabat mengatakan pasien yang lebih parah dipindahkan ke rumah sakit di kota-kota besar terdekat seperti Varanasi. Banyak dokter serta sumber daya medis tambahan dikirim ke rumah sakit distrik untuk menangani krisis yang disebabkan oleh panasnya udara.
Pakar iklim mengatakan bahwa gelombang panas akan terus berlanjut dan India perlu mempersiapkan diri dengan lebih baik untuk menghadapi konsekuensinya.
Sebuah studi oleh World Weather Attribution, sebuah kelompok akademis yang meneliti sumber panas ekstrem, menemukan bahwa gelombang panas yang membakar pada bulan April yang melanda sebagian Asia Selatan setidaknya 30 kali lebih mungkin terjadi akibat krisis iklim.