Naypyidaw, Purna Warta – Lebih dari 50 orang, termasuk wanita dan anak-anak, tewas di Myanmar tengah ketika tentara melancarkan serangan udara di sebuah acara yang dihadiri oleh penentang kekuasaan militer, kata saksi mata dan media.
Menurut warga dan penyintas, acara tersebut diadakan oleh penentang junta di sebuah desa di wilayah barat laut Sagaing di Myanmar tengah pada hari Selasa (11/4) saat serangan terjadi.
Seorang anggota Pasukan Pertahanan Rakyat setempat (PDF), sebuah milisi anti-junta, mengatakan kepada Reuters bahwa jet tempur telah menembaki upacara tersebut, yang diadakan untuk membuka kantor lokal mereka.
“Sampai saat ini belum diketahui jumlah pasti korban. Jenazah belum bisa kami ambil semua,” kata anggota PDF tersebut.
Militer, yang merebut kekuasaan dalam kudeta pada Februari 2021, sebelumnya menggunakan serangan udara terhadap lawan-lawannya.
Serangan terbaru bisa menjadi salah satu yang paling mematikan di antara serangkaian serangan udara sejak sebuah jet menyerang sebuah konser pada bulan Oktober, menewaskan sedikitnya 50 warga sipil, penyanyi lokal dan anggota kelompok etnis minoritas bersenjata di negara bagian Kachin.
Sedikitnya delapan warga sipil, termasuk anak-anak, juga tewas dalam serangan udara di sebuah desa di barat laut Myanmar bulan lalu.
Militer membantah bahwa mereka telah melakukan kekejaman terhadap warga sipil, dengan mengatakan mereka memerangi “teroris” yang bertekad untuk mengacaukan negara.
PBB memperkirakan bahwa sekitar 14.000 orang telah ditangkap dan sedikitnya 2.000 tewas sejak militer mengambil alih, yang menjerumuskan negara Asia Selatan itu ke dalam krisis ekonomi serta keamanan.
Akhir tahun lalu, Dewan Keamanan PBB memberikan suara mendukung resolusi pertama di Myanmar dalam lebih dari tujuh dekade, menyerukan penguasa militer untuk mengakhiri kekerasan dan membebaskan semua tahanan politik. Dewan beranggotakan 15 orang itu mendesak junta untuk segera membebaskan semua tahanan yang ditahan secara sewenang-wenang, termasuk pemimpin terguling Aung San Suu Kyi.