Korea Selatan Gelar Pemilu Presiden di Tengah Krisis Pascadeklarasi Darurat Militer

Korea Selatan Gelar Pemilu Presiden di Tengah Krisis Pascadeklarasi Darurat Militer

Seoul, Purna Warta Warga Korea Selatan memberikan suara dalam pemilu presiden yang digelar Selasa (28/5), enam bulan setelah kekacauan politik yang dipicu oleh deklarasi darurat militer mendadak oleh mantan Presiden Yoon Suk Yeol. Tindakan Yoon yang mengejutkan itu menyebabkan kerusakan besar terhadap stabilitas politik dan ekonomi negara.

Baca Juga : Trump Bantah Utusan Sendiri: Tak Akan Izinkan Pengayaan Uranium dalam Kesepakatan Nuklir Iran

Antusiasme pemilih tampak tinggi, dengan tempat pemungutan suara dibuka sejak pukul 06.00 hingga 20.00 waktu setempat. Sebelumnya, lebih dari sepertiga dari 44,39 juta pemilih telah mengikuti pemungutan suara awal. Komisi Pemilihan Nasional melaporkan bahwa pada pukul 11.00, lebih dari 8,1 juta warga (sekitar 18% pemilih) telah mencoblos di 14.295 TPS di seluruh negeri.

Dua kandidat utama menutup masa kampanye intensif selama tiga minggu pada Senin malam di Seoul. Mereka sama-sama berjanji untuk menyembuhkan luka politik pasca-krisis dan membangkitkan kembali perekonomian yang lesu.

Dua Visi Berbeda untuk Masa Depan
Lee Jae-myung dari kubu liberal dan Kim Moon-soo dari partai konservatif People Power menawarkan janji perubahan besar. Meski keduanya menekankan pentingnya investasi dalam inovasi dan teknologi, Lee fokus pada keadilan ekonomi dan bantuan untuk masyarakat berpenghasilan rendah, sementara Kim mengusung deregulasi dan pengurangan konflik ketenagakerjaan demi mendorong sektor usaha.

Lee menggambarkan pemilu ini sebagai “hari penghakiman” terhadap Kim dan partainya, menuduh mereka gagal menolak darurat militer dan secara tidak langsung mempertahankan kekuasaan Yoon. Kim membalas dengan menyebut Lee sebagai “diktator” yang akan merusak sistem hukum dengan kebijakan ideologis tanpa pengawasan.

Harapan Rakyat untuk Persatuan
Banyak pemilih berharap pemimpin baru bisa menyatukan bangsa dan mengatasi dampak langsung dari ketidakstabilan politik yang memengaruhi kehidupan mereka. Kim Kwang-ma, pemilih berusia 81 tahun, menyebut kondisi ekonomi memburuk sejak 3 Desember dan menyerukan persatuan nasional untuk memulihkan kemajuan Korea Selatan.

Baca Juga : HRW : Pemberontak M23 Eksekusi Warga Sipil di Goma, Termasuk Perempuan dan Anak

Lee Unggul di Survei
Survei Gallup Korea seminggu sebelum pemilu menunjukkan Lee unggul 14 poin atas Kim, dengan dukungan publik sebesar 49%. Namun, Kim sempat memangkas ketertinggalan sejak kampanye dimulai pada 12 Mei.

Exit poll akan diumumkan pukul 20.00, diikuti penghitungan suara dengan mesin dan verifikasi manual tiga tahap. Komisi Pemilu akan mengesahkan hasil pada Rabu, dan presiden terpilih akan langsung dilantik tanpa masa transisi, menggantikan posisi kosong sejak pemakzulan Yoon pada 4 April.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *