Canberra, Purna Warta – Pihak berwenang Australia telah menolak masuk anak-anak korban perang Gaza yang saudara laki-lakinya tinggal di Australia, menurut laporan media pada hari Jumat.
Baca juga: Jurnalis AS: Satu-satunya Cara Akhiri Genosida di Gaza adalah Hentikan Pasokan Senjata ke Israel
Zuhair El Henday, yang telah tinggal di New South Wales (NSW) selama beberapa tahun, mengungkapkan rasa frustrasinya atas upayanya yang tidak berhasil untuk mendapatkan visa bagi keluarganya yang tersisa di Gaza.
“Saya telah membuktikan bahwa saya adalah warga negara sejati dan saya berkontribusi untuk negara ini, berkontribusi untuk masyarakat. Jadi, mengapa saya tidak memiliki hak untuk membawa keluarga saya ke sini untuk membuat mereka aman?” kata El Henday kepada SBS News.
Saudari El Henday, Lubna, suaminya, dua putra, dan menantu laki-lakinya tewas dalam serangan udara Israel di rumah mereka di Kota Gaza November lalu. Tiga keponakan El Henday selamat dari serangan itu.
Pengungkapan El Henday menyusul seruan pemimpin oposisi Australia Peter Dutton baru-baru ini untuk melarang warga Palestina yang melarikan diri dari Gaza memasuki Australia.
Tuntutan Dutton tersebut menuai kritik dari pemerintah dan organisasi masyarakat sipil.
Perdana Menteri Anthony Albanese mengkritik Dutton, dengan mengatakan, “Peter Dutton selalu ingin memecah belah. Kami akan mendengarkan badan keamanan jika menyangkut keamanan nasional.”
Nasser Mashni, presiden Jaringan Advokasi Palestina Australia, mengecam pernyataan Dutton, menyebutnya sebagai “memalukan.”
Israel, yang mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, telah menghadapi kecaman internasional di tengah serangan brutalnya yang terus berlanjut di Gaza sejak 7 Oktober.
Baca juga: Warga Korea Selatan Peringati Hari Pembebasan, Bersimpati pada Palestina
Serangan Israel sejak saat itu telah menewaskan lebih dari 40.000 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan melukai lebih dari 92.400 orang, menurut otoritas kesehatan setempat.
Lebih dari 10 bulan dalam perang genosida Israel, sebagian besar wilayah Gaza masih hancur, dengan blokade parah yang membatasi akses ke makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), yang telah memerintahkan penghentian segera operasi militernya di Rafah, tempat lebih dari satu juta warga Palestina mencari perlindungan sebelum kota itu diserbu pada 6 Mei.