Astana, Purna Warta – Salah satu kebocoran gas metana terparah di dunia terjadi di Kazakhstan tahun lalu. Kebocoran gas yang terjadi di sebuah sumur daerah terpencil di Karaturun, Kazakhstan itu diperkirakan hingga kini mengeluarkan 140.000 ton gas ke atmosfer bumi. Kebocoran gas itu sudah berjalan selama lebih dari 200 hari sejak pertama kali persitiwa ini terjadi dan belum menunjukkan tanda-tanda berhenti.
Baca Juga : Venezuela Menutup Kantor HAM PBB Menyebutnya Berperilaku Kolonialis
Para peneliti dengan menggunakan satelit mencatat 127.000 ton gas metana dikeluarkan dari lokasi kejadian pada 2023, api juga muncul dari peristiwa ini yang sejak Juni hingga Desember 2023 terus menyala. Jumlah gas metana yang dikeluarkan setara dengan 791.318 mobil berbahan bakar gas yang terus digunakan selama satu tahun.
Bahaya gas metana 28 kali lebih berbahaya dan lebih berperan dalam pemanasan global ketimbang kardon dioksida. Gas ini juga menyumbang 30 persen kenaikan suhu bumi sejak revolusi industri.
Kebocoran gas metana ini dimulai pada 9 Juni 2023 dalam eksplorasi pengeboran untuk mencari gas alam. Dalam peristiwa kebocoran gas itu terjadi ledakan yang menyemburkan api setinggi 10 meter dan menciptakan kawah selebar 15 meter. Hal tersebut membuat penyegelan lubang bocoran menjadi sangat sulit sekali.
Baca Juga : Iran dan Kyrgyzstan Menentang Campur Tangan Barat di Negara-negara Kawasan
Namun dilaporkan bahwa pada 25 Desember Buzachi Neft seorang operator sumur berhasil menyegel lubang tersebut. Ia menggunakan lumpur-lumpur bekas pengeboran untuk menutup lubang bocoran itu. Dengan laporan yang beredar terkait kuantitas bocoran, Buzachi justru membantahnya, ia mengatakan bahwa kebocoran tidak separah yang dilaporkan di media-media.