Kabul, Purna Warta – setelah merebut 23 ibu kota provinsi, Taliban mengepung Kabul, ibu kota Afghanistan pada Minggu (15/8). Pengepungan yang dilakukan Taliban, disampaikan oleh seorang pejabat Kementerian Dalam Negeri Afghanistan sebagaimana dilansir Reuters. Pejabat Afghanistan itu mengatakan kepada Reuters, Taliban datang dari semua sisi tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Menyusul pengepungan tersebut, Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, meninggalkan negaranya. Ghani pergi beberapa jam setelah Taliban menaklukkan tentara pemerintah. “Mantan presiden Afghanistan telah meninggalkan negara ini,” kata Abdullah Abdullah, kepala proses perdamaian Afghanistan, dalam video di Facebook yang dikutip AFP. Disebutkan Ghani pergi ke Tajikistan. Namun, saat kantor presiden dimintai komentar, mereka tidak bisa mengatakan apa-apa tentang pergerakan Ashraf Ghani karena alasan keamanan.
Sejumlah laporan yang dihimpun India Today menyebutkan, Ghani akan mundur untuk menyerahkan kekuasaan pada Taliban. Jika itu terjadi, Ali Ahmad Jalali akademisi yang berbasis di Amerika Serikat (AS) akan ditunjuk sebagai kepala interim pemerintahan Afghanistan. Taliban yang sedang mengepung Kabul akan menguasai Afghanistan dalam beberapa hari ke depan, kata Suhail Shaheen juru bicara kelompok itu kepada BBC, Minggu (15/8/2021). “Dalam beberapa hari ke depan, kami menginginkan transfer damai,” kata Shaheen yang berbasis di Qatar sebagai bagian dari tim perunding kelompok tersebut, dikutip dari AFP.
“Kami menginginkan pemerintahan Islam yang inklusif. Itu berarti semua warga Afghanistan akan menjadi bagian dari pemerintahan itu,” kata Shaheen. “Kami akan melihatnya di masa depan saat transfer damai berlangsung.”
Dia juga mengatakan, kedutaan dan pekerja asing tidak akan menjadi sasaran Taliban dan mereka harus tetap berada di Afghanistan. “Tidak akan ada risiko bagi diplomat, LSM, siapa pun. Semua harus melanjutkan pekerjaan seperti yang mereka lakukan sebelumnya. Mereka tidak akan disakiti, mereka harus tetap tinggal.” Taliban menepis kekhawatiran bahwa Afghanistan akan terjerumus kembali ke hari-hari gelap dengan hukum ultra-konservatif kelompok itu. Shaheen berdalih, Taliban malah akan mencari babak baru toleransi.