Kabul, Purna Warta – ISIS telah mengklaim bertanggung jawab atas bom bunuh diri di Kabul tidak jauh dari Kedutaan Rusia pada Senin (5/9). Ledakan itu menewaskan 25 orang, termasuk dua anggota staf kedutaan.
Kelompok teroris mengklaim bahwa serangan itu dilakukan oleh seorang pejuang asing. Menurut beberapa laporan, serangan itu diluncurkan oleh cabang lokal ISIS, ISIS-K.
Baca Juga : Dua Diplomat Rusia Tewas Dalam Ledakan Kabul
Ini adalah serangan pertama terhadap misi diplomatik di Afghanistan yang diklaim oleh ISIS sejak pengambilalihan Taliban tahun 2021. Sebelumnya, Komite Investigasi Rusia mengkonfirmasi bahwa seorang asisten sekretaris dan seorang penjaga keamanan – keduanya warga negara Rusia – tewas dalam ledakan itu.
Mengutip Kementerian Luar Negeri Moskow, badan tersebut kemudian melaporkan bahwa dua anggota staf kedutaan tewas.
Khalid Zadran, juru bicara kepala polisi Kabul, mengatakan setidaknya satu warga sipil tewas dan 10 lainnya terluka.
Dia mengatakan seorang pelaku serangan bunuh diri mencoba meledakkan bom di kerumunan di kedutaan Rusia, tetapi berhasil diidentifikasi oleh pasukan keamanan yang menembaknya.
Menurut sebuah pernyataan oleh Kementerian Luar Negeri Rusia, ledakan itu terjadi di sekitar pintu masuk ke bagian konsuler Kedutaan Besar Rusia di ibukota Afghanistan.
Baca Juga : Gempa Bumi Landa Jalalabad Afghanistan
“Seorang militan tak dikenal meledakkan bahan peledak. Akibat serangan itu, dua anggota misi diplomatik tewas, dan ada juga korban di antara warga Afghanistan.”
Menurut laporan media, sebagian besar korban adalah warga Afghanistan yang mengantri untuk mendapatkan visa. Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan bahwa keamanan di misi ditingkatkan setelah serangan itu.
Staf kedutaan yang terbunuh juga berduka dengan mengheningkan cipta selama satu menit selama pembicaraan Lavrov dengan timpalannya dari Tajik, Sirojiddin Muhriddin di Moskow.
Rusia termasuk di antara sedikit negara yang mempertahankan misi diplomatik di Kabul sejak Taliban berkuasa di Afghanistan setahun lalu.
Afghanistan telah berulang kali mengalami serangan teroris sejak pengambilalihan tahun 2021, yang dituduhkan oleh Taliban kepada ISIS-K. Pada pertengahan Agustus, sebuah ledakan dahsyat menghantam sebuah masjid di Kabul saat salat magrib, menewaskan puluhan orang.
Baca Juga : Rusia Hentikan Pasokan Gas Eropa Sampai Sanksi Barat Dihapus
Meskipun Moskow tidak secara resmi mengakui pemerintah Taliban, mereka telah melakukan pembicaraan dengan para pejabat mengenai kesepakatan untuk memasok bensin dan komoditas lainnya.