New Delhi, Purna Warta – Kepala Staf Pertahanan India, Jenderal Anil Chauhan, untuk pertama kalinya mengakui bahwa Angkatan Udara India kehilangan jet tempur dalam bentrokan udara dengan Pakistan pada bulan Mei lalu—sebuah pengakuan yang jarang terjadi dari pihak New Delhi.
Pernyataan ini disampaikan sebagai tanggapan terhadap komentar Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif, yang sebelumnya mengklaim bahwa Pakistan telah menembak jatuh enam jet tempur India dalam insiden tersebut. Meski Jenderal Chauhan membantah angka itu dengan menyebutnya “sama sekali tidak benar,” ia tidak menyebutkan secara pasti berapa jumlah pesawat yang sebenarnya jatuh.
Berbicara kepada Bloomberg TV di sela-sela Forum Keamanan Shangri-La Dialogue 2025 di Singapura, Chauhan menekankan bahwa fokus seharusnya bukan hanya pada jumlah jet yang jatuh, melainkan pada kesalahan operasional yang menyebabkan kejadian itu.
“Yang penting bukan soal jet yang ditembak jatuh, tapi kenapa itu bisa terjadi,” katanya.
“Hal baiknya adalah kami bisa memahami kesalahan taktis yang kami buat, memperbaikinya, lalu menerapkannya kembali dua hari kemudian—dan menerbangkan semua jet kami kembali, dengan serangan jarak jauh,” tegas Chauhan.
Baca Juga : Hakim AS Blokir Upaya Trump Batalkan Izin Kerja 5.000 Warga Venezuela
Kesalahan Taktis dan Pelajaran dari Bentrokan
Bentrokan ini, yang meletus pada 7 Mei, merupakan eskalasi paling serius antara dua negara bersenjata nuklir tersebut dalam lebih dari setengah abad. Insiden itu dipicu oleh serangan mematikan pada 22 April di dekat kota Pahalgam, Kashmir yang dikuasai India, yang menewaskan 26 wisatawan, termasuk satu warga negara Nepal.
Pernyataan Chauhan menunjukkan bahwa kehilangan jet tempur tersebut telah mendorong evaluasi ulang terhadap protokol operasional dan kesiapan taktis Angkatan Udara India.
Bharat Karnad, profesor emeritus Studi Keamanan Nasional di Centre for Policy Research di Delhi, mencatat bahwa India mungkin meremehkan kemampuan udara Pakistan.
“Awalnya India terkejut. Mungkin mereka meremehkan kemampuan Angkatan Udara Pakistan,” ujarnya kepada Arab News.
Karnad juga menyoroti kekurangan dalam sistem pengawasan India, khususnya kegagalan menggunakan sistem peringatan dini udara NETRA secara efektif—kelemahan yang dilaporkan berhasil dimanfaatkan Pakistan dengan baik.
“Saya tidak yakin seberapa jauh Angkatan Udara India memperkirakan inovasi taktis seperti ini. Jadi, itu adalah hal yang cepat disadari oleh pihak India,” tambahnya.
Baca Juga : Media Israel: Ketakutan Meningkat di Israel akibat Kecaman Global
Dukungan Tiongkok dan Dimensi Geopolitik
Dalam konteks lain, Marsekal Udara Purnawirawan Kapil Kak menyoroti dimensi geopolitik yang lebih luas, dengan menekankan peran dukungan dari Tiongkok dalam meningkatkan performa militer Pakistan.
“Ini menunjukkan pelajaran bahwa India sebenarnya tidak hanya berperang melawan Pakistan, tapi melawan dua negara sekaligus: Pakistan dan Tiongkok,” ujarnya.
“Setiap teknologi, kemampuan, dan keunggulan operasional—baik secara taktis maupun strategis—disuplai ke Pakistan. Itu adalah sesuatu yang patut kita waspadai,” tegasnya.
Ia juga menekankan pentingnya bagi India untuk meninjau kembali struktur kekuatan militernya dan kemampuannya di tengah meningkatnya ketegangan militer dengan Pakistan dan perubahan aliansi regional yang terus berkembang.