Kuala Lumpur, Purna Warta – Malaysia pada Kamis membela pertemuan antara duta besarnya untuk Myanmar dan perwakilan dari pemerintah militer. Pertemuan itu dipahami oleh banyak pihak sebagai pengakuan junta Myanmar di tengah kekerasan yang dilakukan terhadap para pengunjuk rasa.
Lebih dari 600 orang telah terbunuh oleh pasukan keamanan di Myanmar sejak junta merebut kekuasaan dari pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi pada 1 Februari.
Malaysia, bersama dengan Indonesia, Filipina dan Singapura, telah menyatakan kekhawatirannya atas pembunuhan para demonstran dan mengatakan mendukung pertemuan tingkat tinggi para pemimpin Asia Tenggara untuk membahas krisis Myanmar.
Namun tampaknya rencana itu tidak membuat kegaduhan mereda mengingat pada hari Senin (5/4) beredar gambar-gambar di media sosial tentang pertemuan utusan Myanmar Zahairi Baharim dengan menteri listrik dan energi junta Aung Than Oo
Kementerian luar negeri Malaysia mengatakan pertemuan itu diadakan untuk menyampaikan kepada Myanmar bahwa proyek energi telah ditangguhkan oleh perusahaan minyak negara Malaysia Petronas, yang pekan lalu menyatakan keadaan kahar pada proyek Myanmar karena menipisnya produksi gas.
Kementerian tidak menyebutkan nama atau posisi yang ditemui utusan tersebut. Itu hanya pertemuan di kementerian kelistrikan dan energi.
“Pertemuan itu tidak menafsirkan pengakuan atau sebaliknya dari Dewan Administrasi Negara,” kata kementerian luar negeri dalam sebuah pernyataan, mengacu pada junta.
Malaysia mengatakan posisinya terhadap Myanmar tetap konsisten dan menyerukan penyelesaian damai dari krisis yang sedang berlangsung.
Kuala Lumpur juga dikritik pada Februari ketika menyetujui tawaran junta untuk mengambil kembali lebih dari 1.000 warga negara Myanmar yang ditahan di Malaysia.
Para diplomat kemudian mengatakan bahwa penerimaan Malaysia atas tawaran itu menunjukkan pengakuan mereka terhadap pemerintah militer.
Sumber: Reuters
Baca juga: Kerusuhan Myanmar Masih Berlanjut, Junta Militer Tembak Mati 13 Orang Lagi