Pernyataan Cina Tentang Sanksi Ilegal AS Terhadap Iran

Pernyataan Cina Tentang Sanksi Ilegal AS Terhadap Iran

Beijing, Purna Warta Mao Ning membuat pernyataan selama konferensi pers regulernya pada hari Minggu (9/10) sebagai tanggapan atas pertanyaan tentang langkah AS untuk memberikan sanksi ilegal kepada pejabat Iran berdasarkan hukum domestiknya sendiri sambil mengancam untuk terus menjatuhkan sanksi terhadap Iran dengan mengutip situasi di negara itu.

“Cina menentang sanksi sepihak ilegal AS terhadap Iran,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina dan menambahkan bahwa negaranya juga menentang “campur tangan dalam urusan internal negara dengan dalih apa pun.”

Baca Juga : Pemerintah: Barat Balas Dendam Pada Iran Dengan Kampanye Genosida Terhadap Pasien

“Kami menentang hasutan revolusi warna di negara-negara atas nama demokrasi dan hak asasi manusia,” kata juru bicara itu.

Departemen Keuangan Amerika Serikat pada hari Kamis menjatuhkan sanksi pada tujuh pejabat Iran.

Dalam sebuah pernyataan, Departemen Keuangan AS mengatakan telah menjatuhkan sanksi terhadap Menteri Dalam Negeri Iran Ahmad Vahidi dan Menteri Komunikasi dan Informatika Eisa Zarepour, antara lain, menuduh Vahidi memerintahkan penindasan kerusuhan setelah kematian Mahsa Amini dan Zarepour sebagai pemimpin berupaya untuk memblokir akses internet negara itu dalam upaya untuk memperlambat protes.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kan’ani, pada hari Sabtu mengecam babak baru sanksi AS terhadap Republik Islam, dengan mengatakan larangan itu adalah “tulang punggung” dari apa yang disebut peraturan hak asasi manusia Amerika.

“Setiap hari, daftar sanksi baru terhadap Iran diterbitkan dengan dalih tertentu. Kali ini, Menteri Dalam Negeri, Menteri Komunikasi dan lima pejabat Iran lainnya diberi sanksi oleh pemerintah AS,” katanya.

Protes atas kematian wanita Iran berusia 22 tahun, yang pingsan di kantor polisi pada 16 September dan kemudian dinyatakan meninggal di rumah sakit Tehran, meletus pertama kali di provinsi asalnya Kordestan dan kemudian di beberapa kota, termasuk ibu kota Tehran.

Baca Juga : Rusia Puji OPEC+ Pangkas Produksi Untuk Lawan Kekacauan AS Di Pasar Energi Global

Segera setelah kematian Amini, Presiden Iran Ibrahim Raisi memerintahkan penyelidikan menyeluruh atas kasus tersebut dan sebuah laporan resmi yang diterbitkan pada hari Jumat mengatakan kematian pria berusia 22 tahun itu disebabkan oleh penyakit, bukan dugaan pukulan di kepala atau organ tubuh vital lainnya.

Apa yang dimulai sebagai protes damai berubah menjadi kekerasan setelah pengunjuk rasa yang nakal secara fatal menyerang polisi dan terlibat dalam vandalisme terhadap properti publik di beberapa kota.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *