Beijing, Purna Warta – Cina telah mengecam Amerika Serikat atas upayanya yang “terang-terangan dan mengerikan” untuk lebih jauh menjarah sumber daya alam di Suriah.
Cina menyatakan bahwa pasukan pendudukan Amerika secara besar-besaran menyelundupkan minyak mentah dan biji-bijian dari bagian timur laut negara yang dilanda perang ke pangkalan mereka di Irak utara.
“Kami dikejutkan oleh sikap terang-terangan dan kekejaman AS yang menjarah Suriah. Menurut data pemerintah Suriah, pada paruh pertama tahun 2022, lebih dari 80% produksi minyak harian Suriah diselundupkan ke luar negeri oleh pasukan pendudukan AS,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin pada konferensi pers mingguan di ibu kota Beijing pada hari Selasa (16/1).
Baca Juga : AS Diam-Diam Kirim Amunisi ke Ukraina Dari Persediaan Israel
Dia menambahkan bahwa pasukan AS menggunakan 60 kapal tanker dan truk awal bulan ini untuk mencuri minyak dan gandum dari Suriah.
“Bandit semacam itu memperparah krisis energi dan bencana kemanusiaan di Suriah. Hak hidup bangsa Suriah sedang diinjak-injak dengan kejam oleh AS. Dengan sedikit minyak dan makanan yang tersisa, warga Suriah berjuang lebih keras untuk melewati musim dingin yang pahit,” kata diplomat Cina itu.
“Tingkat keserakahan AS dalam mencuri sumber daya dari Suriah sama mencoloknya dengan kemurahan hatinya dalam memberikan bantuan militer, seringkali dalam jumlah miliaran atau bahkan puluhan miliar dolar. Apakah AS memberi atau menerima, itu menjerumuskan negara lain ke dalam kekacauan dan bencana dan AS mendapat keuntungan dari hegemoni dan kepentingan lainnya,” kata Wang.
Juru bicara itu menekankan bahwa AS harus bertanggung jawab kepada warga Suriah dan komunitas internasional atas pencurian minyaknya.
“Kami mendesak AS untuk berhenti menginjak-injak aturan hukum internasional dan melanggar aturan internasional,” tegasnya.
Baca Juga : Pejabat Tinggi AS Kunjungi Ukraina Nyatakan Dukungan Penuh Washington
Militer AS telah lama menempatkan pasukan dan peralatannya di Suriah timur laut, dengan Pentagon mengklaim bahwa pengerahan itu bertujuan untuk mencegah ladang minyak di daerah itu jatuh ke tangan teroris Daesh Takfiri.
Damaskus, bagaimanapun, mengatakan pengerahan itu dimaksudkan untuk menjarah sumber daya alam negara Arab itu. Mantan presiden AS Donald Trump mengakui dalam beberapa kesempatan bahwa pasukan Amerika berada di negara Arab untuk kekayaan minyaknya.