Kabul, Purna Warta – Seorang pejabat mengkonfirmasikan bahwa Taliban telah memerintahkan sekolah menengah perempuan di Afghanistan kembali ditutup hanya beberapa jam setelah dibuka kembali. Keputusan tersebut memicu kebingungan atas pembalikan kebijakan oleh gerakan tersebut.
“Ya, itu benar,” kata juru bicara Taliban Inamullah Samangani pada hari Rabu ketika diminta untuk mengkonfirmasi laporan bahwa siswi-siswi perempuan telah diperintahkan untuk pulang.
Baca Juga : Tokoh Oposisi Nikaragua Dijatuhi Hukuman 8 Tahun Penjara
Sebuah tim dari kantor berita AFP sedang melakukan syuting di Sekolah Menengah Zarghona di ibu kota Kabul ketika seorang guru masuk dan memerintahkan semua orang untuk pulang.
Sebelumnya pada hari Rabu, Kementerian Pendidikan mengatakan sekolah akan dibuka kembali di beberapa provinsi, termasuk ibu kota Kabul.
Siswa yang sudah bersemangat untuk kembali belajar pasca perebutan kekuasan oleh Taliban pada Agustus tahun lalu, kecewa sembari menangis mengemasi barang-barang mereka dan keluar.
Baca Juga : Komunitas Arab dan Ethiopia Keluhkan Tingginya Rasisme Sistemik di Israel
Banyak Pembatasan pada Wanita
Taliban bersikeras mereka ingin memastikan sekolah untuk anak perempuan berusia 12 hingga 19 tahun dipisahkan dan akan beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
Komunitas internasional telah menjadikan hak atas pendidikan untuk semua kalangan sebagai bahan tawaran utama dalam negosiasi bantuan dan pengakuan kedaulatan. Beberapa negara dan organisasi bahkan menawarkan untuk membayar guru.
Meskipun demikian Taliban tetap bersikukuh dengan pendirian mereka, dan hal tersebut membuat negosiasi menjadi alot.
Semua sekolah ditutup karena pandemi Covid-19 ketika Taliban mengambil alih pada Agustus – tetapi hanya anak laki-laki dan beberapa anak perempuan yang diizinkan untuk melanjutkan kelas dua bulan kemudian.
Baca Juga : Siapa “The Electables” yang Siap Mengancam Pemerintahan Pakistan Imran Khan?
Taliban telah memberlakukan banyak pembatasan pada wanita, secara efektif melarang mereka untuk berpartisipasi dalam pekerjaan yang berkaitan dengan pemerintahan. Taliban juga mengawasi apa yang para wanita kenakan dan mencegah mereka bepergian ke luar kota sendirian.
Adalah umum bagi siswa Afghanistan untuk melewatkan sebagian tahun ajaran sebagai akibat dari kemiskinan atau konflik. Sebagian lainnya baru dapat melanjutkan pelajaran hingga akhir usia belasan atau awal dua puluhan.