Phnom Penh, Purna Warta – Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang beranggotakan 10 negara telah menyuarakan keprihatinan tentang situasi di Taiwan, dan memperingatkan risiko “salah perhitungan” di tengah meningkatnya ketegangan antara Washington dan Beijing, setelah kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke sebuah pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu.
Dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis, pertemuan para menteri luar negeri ASEAN di ibukota Kamboja, Phnom Penh, mengatakan situasi saat ini dapat “menggoyahkan kawasan dan akhirnya dapat menyebabkan salah perhitungan, konfrontasi serius, konflik terbuka dan konsekuensi yang tidak terduga di antara negara-negara besar.”
Baca Juga : Intelijen Iran Tahan 10 Teroris Takfiri-Zionis ISIS
Mereka lebih lanjut menyerukan “pengekangan maksimum” di Selat Taiwan dan bagi semua pihak untuk menahan diri dari tindakan provokatif setelah kunjungan Pelosi yang sangat kontroversial.
“Dunia sangat membutuhkan kebijaksanaan dan tanggung jawab semua pemimpin untuk menjunjung tinggi multilateralisme dan kemitraan, kerja sama, hidup berdampingan secara damai dan persaingan yang sehat untuk tujuan bersama perdamaian, stabilitas, keamanan dan pembangunan inklusif dan berkelanjutan,” kata pernyataan itu.
“Kita harus bertindak bersama dan ASEAN siap memainkan peran konstruktif dalam memfasilitasi dialog damai antara semua pihak termasuk melalui pemanfaatan mekanisme yang dipimpin ASEAN untuk mengurangi ketegangan, untuk menjaga perdamaian, keamanan, dan pembangunan di kawasan kita,” tambahnya.
Pertemuan di Phnom Penh dari blok 10 negara, yang dihadiri oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi, telah dibayangi oleh perkembangan di Taiwan setelah kunjungan Pelosi.
Baca Juga : Antariksa Iran: Satelit Khayyam Iran Akan Diluncurkan Minggu Depan
Negara-negara Asia Tenggara cenderung berhati-hati dalam mencoba menyeimbangkan hubungan mereka dengan Cina dan Amerika Serikat, dan berhati-hati untuk masuk di antara negara adidaya.
Pelosi tiba di Taiwan pada hari Selasa (2/8), meskipun ada peringatan berulang kali dari pihak Beijing selama sebulan terakhir terhadap perjalanan provokatif tersebut. Pelosi berpidato di parlemen pulau itu pada hari Rabu sebelum berpartisipasi dalam pertemuan publik dan pribadi dengan presiden Taiwan Tsai Ing-wen.
Global Times melaporkan bahwa Cina menunjukkan kemarahannya yang sengit pada kunjungan tingkat tertinggi AS ke Taiwan dalam 25 tahun terakhir dengan ledakan aktivitas militer di perairan sekitar pulau itu, dan mengumumkan rencana untuk latihan militer tembakan langsung. Latihan militer yang belum pernah terjadi sebelumnya dimulai pada hari Kamis (4/8), sehari setelah Pelosi meninggalkan Taipei, dan menampilkan jet tempur siluman J-20, serta uji coba penembakan rudal konvensional.
China juga memanggil duta besar AS di Beijing atas kunjungan Pelosi, dan memberi tahu utusan As tersebut tentang protes keras negara itu. Ini juga dapat memperluas penangguhan perdagangannya di Cina Taipei untuk memasukkan produk pertanian tambahan, menyusul larangan awal pekan ini pada impor dari lebih dari 100 perusahaan makanan Taiwan. Cina adalah mitra dagang terbesar Taipei.
Baca Juga : AS Ingin Curi Pesawat Venezuela yang Mendarat di Argentina
Cina memiliki kedaulatan atas Taiwan di bawah kebijakan “Satu China”. Hampir semua negara di dunia mengakui kedaulatan itu. Amerika Serikat, juga, mengakui kedaulatan Cina atas pulau itu tetapi AS telah lama mendekati Taipei dalam upaya untuk membuat bingung Beijing.