Riyadh, Purna Warta – Menteri Sumber Daya dan Energi Arab Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, menekankan pada Minggu (12/6) bahwa Riyadh ingin melakukan kolaborasi, bukan bersaing, dengan China.
Pejabat Kerajaan itu menambahkan bahwa dirinya cuek dan mengabaikan kecurigaan Barat atas hubungan yang berkembang antara kerajaan dan China.
Baca Juga : Iran: Tidak Pernah Tinggalkan Meja Perundingan, Selalu Siap Capai Kesepakatan JCPOA
Sebagai pengekspor minyak utama dunia, hubungan bilateral Riyadh dengan konsumen energi terbesar dunia itu ditopang oleh ikatan hidrokarbon.
Kerja sama antara Kerajaan Arab Saudi dan China juga dilaporkan semakin mendalam dalam sektor keamanan dan teknologi.
Berkembangnya hubungan itu terjadi di tengah menghangatnya hubungan politik antara kedua negara tersebut yang tentunya telah menjadi perhatian AS.
Ditanya tentang kritik terhadap hubungan bilateral selama konferensi bisnis Arab Saudi dan China, Pangeran Abdulaziz bin Salman berkata: “Saya benar-benar mengabaikannya karena … sebagai pebisnis .. sekarang Anda akan pergi ke mana peluang datang.”
Baca Juga : Koalisi Agresor Lakukan 124 Pelanggaran di Al-Hudaidah
“Kita memiliki sejumlah pilihan yang tidak berkaitan dengan pertanyaan apakah suatu pihak itu baik kepada kita atau kepada yang lain,” ungkapnya.
Pengusaha dan investor China telah berbondong-bondong menuju Riyadh untuk menghadiri konferensi tersebut, yang terjadi beberapa hari setelah kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.
Kesepakatan dalam Perminyakan
Pada bulan Maret, raksasa minyak negara Saudi Aramco mengumumkan dua kesepakatan besar untuk meningkatkan investasi multi-miliar dolar di China, yang secara otomatis akan menjadikan Arab Saudi sebagai peraih posisi pertama sebagaipenyedia minyak mentah utama China.
Kesepakatan ini adalah yang terbesar sejak kunjungan Presiden China Xi Jinping ke Arab Saudi pada bulan Desember di mana dia menyerukan perdagangan minyak dalam yuan, sebuah langkah yang akan melemahkan dominasi dolar.
Baca Juga : Kunjungan Kedua Menlu Suriah ke Arab Saudi Dalam 1 Bulan Terakhir
“Permintaan minyak oleh China masih terus meningkat, jadi tentu saja kami harus memenuhi sebagian dari permintaan itu,” kata Pangeran Abdulaziz.
“Daripada bersaing dengan China, berkolaborasilah dengan China,” lanjutnya.
Momentum hubungan kedua negara juga telah meningkatkan prospek keberhasilan penyelesaian negosiasi untuk kesepakatan perdagangan bebas antara China dan Dewan Kerjasama Teluk (GCC) yang didominasi Arab Saudi, yang berlangsung sejak 2004.
Menteri Investasi Saudi Khalid Al Falih mengatakan perjanjian apa pun harus melindungi industri Teluk yang baru muncul karena kawasan itu mulai melakukan diversifikasi ke sektor ekonomi non-minyak.
“Kami perlu mengaktifkan dan memberdayakan industri kami untuk mengekspor. Oleh karena itu, kami berharap semua negara yang bernegosiasi dengan kami untuk menjalin perdagangan bebas agar memahami bahwa kami perlu melindungi industri baru kami yang sedang berkembang,” kata Falih, menambahkan dia berharap kesepakatan akan segera tercapai.
Baca Juga : Kejahatan Koalisi Amerika-Saudi-UEA Pada Tanggal 11 Juni di Yaman