Islamabad, Purna Warta – Hujan muson yang berujung pada banjir bandang di Pakistan telah memberikan dampak langsung pada lebih dari 30 juta penduduk selama beberapa pekan terakhir.
Sherry Rehman, menteri perubahan iklim negara itu menyebut situasi itu sebagai bencana kemanusiaan yang disebabkan oleh perubahan iklim pada hari Kamis (25/8).
Baca Juga : Rekor Gelombang Panas Terburuk, Kekeringan Landa Separuh Wilayah China
“Tiga puluh tiga juta telah terkena dampak, dengan medium yang berbeda; angka tunawisma terakhir sedang dikalkulasikan,” kata Menteri Perubahan Iklim Sherry Rehman kepada kantor berita Reuters dalam sebuah pesan teks.
Pakistan telah mendesak masyarakat internasional untuk menyediakan upaya bantuan atas perjuangan negara itu untuk mengatasi hujan lebat yang telah memicu banjir muson besar sejak bulan lalu, yang telah menewaskan lebih dari 900 orang.
Rehman mengatakan provinsi Sindh telah mendapatkan 784% lebih banyak curah hujan bulan ini daripada rata-rata Agustus tahun sebelumnya, sementara provinsi Balochistan telah mendapatkan hampir 500% kenaikan curah hujan.
Dia menambahkan bahwa provinsi selatan, yang merupakan wilayah yang paling terpukul dalam beberapa hari terakhir akibat iklim ini, telah meminta 1 juta tenda untuk orang-orang yang terkena dampak.
“Pakistan Selatan terendam hampir di bawah air. … Orang-orang pergi ke tempat yang lebih tinggi,” katanya.
Baca Juga : Detail Agresi Rezim Zionis Israel di Masyaf Suriah
“Klasifikasi kebutuhan bantuan sedang dilakukan, kita harus mengajukan bantuan secara cepat ke badan internasional PBB; ini bukan tugas satu negara atau satu provinsi, ini adalah bencana yang disebabkan oleh iklim,” tambahnya.
Menteri Perencanaan dan Pembangunan Ahsan Iqbal secara terpisah mengatakan kepada Reuters bahwa 30 juta orang telah terkena dampak banjir muson ini; sebuah angka yang mewakili sekitar 15 persen dari populasi negara Asia Selatan itu.
There should only be one singular focus in Pakistan right now: that is the resourcing,coordination & provision of relief to millions stranded by the #monstermonsoons hitting Pakistan in a cascade of catastrophic cycles.Latest cumulative figures show Sindh hit highest at 784 % 1/2 pic.twitter.com/tmFfLHpe8F
— SenatorSherryRehman (@sherryrehman) August 25, 2022
Puluhan Ribu Mengungsi
Badan PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengatakan dalam sebuah update peristiwa pada hari Kamis bahwa hujan muson telah memberikan dampak kepada sekitar tiga juta orang di Pakistan di mana 184.000 di antaranya telah mengungsi ke kamp-kamp bantuan di seluruh negeri.
Upaya pendanaan dan rekonstruksi akan menjadi tantangan bagi Pakistan yang kekurangan dana, yang harus memotong pengeluaran untuk memastikan bahwa Dana Moneter Internasional menyetujui pelepasan uang talangan yang sangat dibutuhkan.
Baca Juga : Serangan Udara di Hama dan Tartus, Suriah
Otoritas Penanggulangan Bencana Nasional (NDMA) mengatakan dalam sebuah laporan bahwa dalam 24 jam terakhir 150 kilometer jalan rusak di seluruh negeri dan lebih dari 82.000 rumah rusak sebagian atau seluruhnya.
Sejak pertengahan Juni, ketika musim hujan mulai, lebih dari 3.000 kilometer jalan, 130 jembatan dan 495.000 rumah telah rusak, menurut laporan situasi terakhir NDMA, angka juga bergema dalam laporan OHCA.
💠 Floods in #LaoPDR affected over 40k people and over 8,000 hectares of agriculture lands
💠 Floods in #Pakistan affected over 2.3M people
💠 Flash floods in #Afghanistan
💠 Humanitarian situation deteriorates in #Rakhine #Myanmar↘️ https://t.co/4YvRA5T8bf pic.twitter.com/rAOnnjWXfc
— UN OCHA Asia Pacific (@OCHAAsiaPac) August 23, 2022
Pemerintah provinsi Balochistan mengatakan bahwa mereka membutuhkan lebih banyak dana dan bantuan dari organisasi internasional.
“Kerugian kami sangat besar,” kata Kepala Menteri Balochistan Abdul Qudoos Bezenjo, pada Rabu. Ada kasus kekurangan pangan di setiap kabupaten yang terkena banjir, beberapa wilayah juga terputus dari provinsi lainnya karena lebih dari 700 kilometer jalan tenggelam.
Bezenjo mengatakan provinsinya membutuhkan “bantuan besar” dari pemerintah dan lembaga bantuan internasional.
“Saudaraku, hujan tidak berhenti selama tiga bulan terakhir. … Kami tinggal di becak bersama anak-anak kami karena atap rumah lumpur kami bocor,” kata seorang wanita yang menolak disebutkan namanya kepada Reuters TV di Hyderabad, Kota terbesar kedua di Sindh.
Baca Juga : Kementerian Tenaga Kerja: Iran Menciptakan Hampir 1 Juta Pekerjaan Dalam Setahun Hingga Agustus
Duduk dengan tiga anaknya di becak dia berkata, “Ke mana kita harus pergi? Comberan meluap, dan halaman kami penuh dengan limbah. Rumah dan gang kami telah berubah menjadi tempat sampah terapung.”
OCHA juga memperingatkan bahwa peringatan telah dikeluarkan untuk banjir, luapan sungai, dan tanah longsor di beberapa daerah di Pakistan, dan hujan lebat diperkirakan juga akan terjadi selama dua hari ke depan, di sebagian besar negara itu.
Pakistan berada di urutan kedelapan dalam daftar negara yang dianggap paling rentan terhadap cuaca ekstrem yang disebabkan oleh krisis iklim, menurut Indeks Risiko Iklim Global yang disusun oleh LSM lingkungan Germanwatch.
Sindh's battered by climate change:
Locust attacks destroyed crops
Then intense heatwave destroyed crops
Cotton yield halved bec of drought
Rice cultivation banned on left bank because of water shortage downstream
Now everything drowned in floods
All this within TWO YEARS (1/3)— Nazish Brohi (@Nazish_Brohi) August 25, 2022