Washington, Purna Warta – Diplomat Barat hari Selasa (16/11) mengklaim bahwa Iran telah melanjutkan produksi peralatan yang berkaitan dengan sentrifugal canggih di fasilitas nuklir Karaj.
The Wall Street Journal, mengutip dari sumber-sumber Barat yang menyebutkan klaim tersebut sebagai tantangan baru bagi pemerintahan Presiden AS Joe Biden, di mana ia sedang mengupayakan pembicaraan dengan pihak-pihak anggota Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) untuk kembali pada kesepakatan.
Baca Juga : Penjara Saudi dan UEA Tempat Penyiksaan Kebebasan Berekspresi
Dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Amerika, para diplomat mengklaim bahwa Iran mulai memproduksi bagian-bagian ini pada tingkat terbatas di akhir Agustus dan setelahnya dengan meningkatkan kecepatan produksi, Iran mampu menghasilkan jumlah rotor dan blues yang tersembunyi.
Menurut klaim ini, Iran telah berhasil memproduksi sejumlah besar suku cadang sentrifugal sejak akhir Agustus. Seorang diplomat Iran mengklaim telah membangun bagian-bagian yang dibutuhkan untuk setidaknya sejumlah 170 sentrifugal.
Satu tahun setelah penarikan Amerika Serikat dari JCPOA, Republik Islam Iran tetap memenuhi semua kewajibannya berdasarkan perjanjian untuk memberikan kesempatan negara-negara Eropa dalam mengkompensasi dampak penarikan Washington dari perjanjian.
Satu tahun setelah penarikan AS dari JCPOA, Tehran mengumumkan bahwa mereka akan mengurangi kewajibannya sesuai aturan JCPOA dalam beberapa langkah, mengingat negara-negara Eropa belum juga memenuhi janji mereka. Pengurangan kewajiban Iran terjadi di bawah ketentuan perjanjian nuklir yang disepakati.
Baca Juga : Bashar al-Assad Perluas Wewenang Dewan Yurisprudensi Suriah
Republik Islam Iran, setelah mengambil lima langkah untuk mengurangi komitmennya, akhirnya pihaknya mengumumkan pada tanggal 5 Januari 2020 bahwa Iran tidak lagi menghadapi kendala dan batasan operasional lagi (termasuk kapasitas pengayaan, persentase pengayaan, bahan yang diperkaya, dan penelitian serta pengembangan).
Tindakan Iran didasari pada klausul JCPOA yang memungkinkan Tehran mengurangi kewajibannya jika pihak lain tidak mematuhi kewajiban mereka.
Pemerintah AS menarik diri dari kesepakatan nuklir pada masa kepresidenan Presiden Donald Trump yang melanggar komitmen kesepakatan JCPOA dan Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 2231.
Wall Street Journal menulis bahwa semua kegiatan yang dilakukan di Karaj dilakukan tanpa pengawasan pejabat Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
Baca Juga : Menlu Turki Kunjungi Lebanon dan Temui Presiden Michel Aoun
Dalam sebuah wawancara baru-baru ini, kepala Organisasi Energi Atom Iran, Mohammad Eslami, mengkritik perilaku diskriminatif IAEA terhadap Iran, bahkan pihak IAEA tidak sedikit pun mengutuk peristiwa sabotase situs nuklir Karaj.
Dalam sebuah wawancara pada tanggal 30 September, Eslami menyatakan mengenai tindakan Badan Tenaga Atom Internasional bahwa Iran seharusnya tidak mengizinkan IAEA untuk memiliki akses kamera pengintai di situs Karaj. Menurutnya “fungsi pengawasan dari IAEA adalah inspeksi melalui kamera termasuk pemeriksaan personel, sayangnya, karena kenakalan dan permusuhan terhadap Iran, perlakuan terhadap program nuklir Iran bersifat politis, selektif dan diskriminatif. Perilaku ini sepenuhnya ilegal dan ditolak.”
Di bagian lain dari wawancara, Eslami berkata: “Isu terbaru dari situs Karaj adalah bahwa ketika situs nuklir tersebut dirusak oleh sabotase teroris Zionis, badan IAEA sama sekali tidak mengutuk tindakan teroris ini. Situs nuklir Karaj sekarang sedang direkonstruksi. Kasus ini sedang dibuka di depan otoritas yudisial dan keamanan. Kami di Tehran, Wina, dan dalam setiap pernyataan bersama mengumumkan bahwa kartu memori kamera sudah teridentifikasi dan diganti. Ketiadaan pengecaman dari IAEA mengundang terorisme untuk tumbuh kembali, oleh sebab itu akses ke situs Karaj sekarang dibatasi, karena tindakan IAEA yang sangat disayangkan.”
Baca Juga : Foto Kediaman Erdogan, 2 Zionis Ditangkap dan Mossad Turun Tangan
The Wall Street Journal menulis bahwa isu produksi sentrifugal Iran akan menjadi salah satu isu utama dalam pembicaraan Wina yang dijadwalkan akan dimulai pada tanggal 29 November 2021 mendatang. Iran telah memasang lebih dari 1.000 sentrifugal sejak AS menarik diri dari JCPOA.
Salah satu diplomat yang dikutip oleh surat kabar Amerika mengklaim bahwa Iran telah memasang banyak sentrifugal, yang mana bagian utamanya diproduksi dan dioperasikan di lokasi Karaj.
Para diplomat Barat telah menyatakan keprihatinan atas isu Iran yang mungkin menyimpang dari penggunaan sentrifugalnya, meskipun mereka telah mengakui bahwa tidak ada bukti yang mendukung penyimpangan semacam itu.
Para diplomat mengatakan tidak ada bukti bahwa Iran memiliki program nuklir rahasia dan fasilitas pengayaan uranium di Iran sedang dipantau oleh IAEA.
Baca Juga : Serangan Rudal Israel di Selatan Damaskus
Negara-negara Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat dan rezim Zionis dalam beberapa tahun terakhir menuduh Iran sedang mengejar tujuan nuklir yang bersifat militer. Iran membantah keras tuduhan tersebut.
Iran menekankan bahwa sebagai penandatangan Nuclear Non-Proliferation Treaty (NPT) dan anggota Badan Energi Atom Internasional, pihaknya memiliki hak untuk memperoleh teknologi nuklir untuk tujuan damai.
Badan Energi Atom Internasional belum menanggapi permintaan dari Wall Street Journal untuk mengomentari laporan tersebut. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) akan merilis laporan terbaru tentang program nuklir Iran minggu ini.
Surat kabar Amerika mengutip para diplomat yang mengklaim bahwa akan lebih sulit untuk mencapai kesepakatan dalam pembicaraan Wina tanpa pemahaman yang jelas tentang bahan dan peralatan nuklir yang dimiliki Iran saat ini.
Baca Juga : Pasukan Sana’a 5 km dari Kota Ma’rib
Pemerintah Joe Biden mengklaim bahwa mereka bermaksud untuk membuka jalan bagi negaranya untuk kembali ke kesepakatan nuklir JCPOA melalui pembicaraan yang sedang berlangsung di ibukota Austria, Wina.
Sejauh ini, enam putaran pembicaraan telah diadakan di Wina antara Amerika Serikat dan pihak lain anggota JCPOA selain Iran. Republik Islam Iran telah mengumumkan bahwa pencabutan sanksi akan menjadi fokus utama pembicaraan.
Salah satu area perdebatan dalam enam putaran pembicaraan Wina adalah desakan AS untuk mempertahankan beberapa sanksi yang dijatuhkan pada Iran oleh pemerintahan Donald Trump setelah penarikannya dari kesepakatan JCPOA. Selain itu, pemerintahan Biden telah menyatakan bahwa ia tidak dapat memberikan jaminan bahwa pemerintahan AS berikutnya tidak akan menarik diri dari kesepakatan tersebut.
Baru-baru ini, Pemimpin Tertinggi Iran menekankan dalam sebuah pertemuan bahwa Amerika sebenarnya ingin memasukkan klausul dalam kesepakatan nuklir JCPOA untuk mewajibkan Iran untuk tunduk dalam masalah rudal dan permasalahan regional.
Baca Juga : Zionis Israel Akui Kekalahan di Suriah
Republik Islam Iran telah menekankan bahwa karena Amerika Serikat telah menjadi pihak yang melanggar perjanjian, maka Washington harus kembali ke perjanjian dengan pencabutan sanksi, dan bahwa pemenuhan kewajiban AS perlu dilakukan. Teheran, tentu saja, telah menekankan bahwa pihaknya tidak terburu-buru untuk membuat Amerika Serikat kembali pada kesepakatan.