Susul Cina dan Rusia, Argentina juga Tolak Penggunaan Dolar Amerika

Susul Cina dan Rusia, Argentina juga Tolak Penggunaan Dolar Amerika

Buenos Aires, Purna Warta Selama beberapa bulan terakhir, sejumlah blok regional di seluruh dunia menggunakan mata uang selain dolar amerika dalam transaksi perdagangan internasionalnya, karena nilai dolar yang goyah, termasuk diantaranya Argentina.

Menteri Ekonomi Argentina Sergio Massa menyatakan negaranya akan membayar impor dari Cina dengan mata uang selain dolar AS. Melalui akun Twitternya hari Rabu (26/4) ia menulis,”Kami telah setuju dengan Duta Besar dan Pengusaha Cina akan membayar impor dari negara ini dengan yuan,”.

“Penggunaan yuan dalam transaksi perdagangan dengan Cina akan membuat Argentina lebih bebas,” tegasnya.

Para ahli percaya bahwa dolar dalam beberapa tahun terakhir akan menjadi mata uang yang paling rentan. Oleh karena itu negara-negara dunia mencari pengganti yang baik untuk dolar dalam perdagangan internasional.

Melalui Bank Indonesia (BI) Pemerintah Indonesia sendiri sedang menyiapkan regulasi transaksi perdagangan dengan skema local currency settlement (LCS), untuk mengurangi ketergantungan pada dollar.

LCS adalah skema transaksi bilateral antar negara dengan menggunakan mata uang lokal. Hal ini akan mengurangi pembayaran transaksi menggunakan dolar AS sebagai mata uang yang biasa dipakai dalam transaksi internasional.

Kesepakatan untuk tidak bertransaksi tanpa dolar AS bukan yang pertama bagi Indonesia. Sebelum dengan Negeri Panda, Indonesia sudah bersepakat lebih dulu dengan Thailand dan Malaysia. Pembayaran transaksi diganti dari dolar menjadi rupiah, baht Thailand, dan ringgit Malaysia. Kesepakatan antar negara ini terjadi pada 2017 lalu.

Masing-masing bank sentral menunjuk bank di negara mereka untuk menjalankan kesepakatan ini. Beberapa bank yang terlibat di Indonesia, antara lain PT Bank Republik Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI, PT Bank Central Asia Tbk atau BCA, PT Bank CIMB Niaga Tbk, dan PT Bank Maybank Indonesia Tbk.

Sementara dari Thailand, ada Bangkok Bank PCL, Bank of Ayudhya PCL, Kasikornbank PCL, Krungthai Bank PCL, Siam Commercial Bank PCL, CIMB Thai PCL, dan UOB Thai PCL.

Kemudian dari Malaysia, ada CIMB Bank Berhad, Malayan Banking Berhad, Hong Leong Bank Berhad, Malayan Banking Berhad, Public Bank Berhad, RHB Bank Berhad, Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Malaysia Berhad, dan United Overseas Bank (UOB) Berhad.

Lalu, Indonesia kembali melakukan kesepakatan untuk bertransaksi tanpa Dolar AS dengan Jepang. Kesepakatan ini diteken pada akhir 2019 lalu. Dalam kesepakatan ini, terdapat tujuh bank yang ditunjuk untuk melaksanakan transaksi dengan mata yang lokal. Tujuh bank tersebut, antara lain MUFG Bank Ltd cabang Jakarta, PT Bank BTPN, Tbk, PT Bank Mizuho Indonesia, BCA, Bank Mandiri, BRI, dan BNI.

Sementara, bank-bank di Jepang yang ditunjuk adalah Mizuho Bank Ltd, MUFG Bank Ltd, BNI cabang Tokyo, Resona Bank Ltd, dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation.

Rusia, India, Brasil, dan China semuanya telah menandatangani perjanjian dengan negara lain untuk berdagang dalam mata uang mereka sendiri, meninggalkan dolar sebagai perantara.

Menteri Keuangan AS, Janet Yellen telah mengakui bahwa sanksi ekonomi yang digunakan terhadap negara-negara oleh Amerika Serikat menempatkan dominasi Dolar dalam risiko.

Saat Amerika Serikat terus mempersenjatai Dolar, negara-negara mencari alternatif, dari menciptakan mata uang bersama yang baru hingga menggunakan mata uang lokal.

Bangsa-bangsa mencoba menemukan cara yang aman dan adil untuk berdagang alih-alih berada di bawah hegemoni yang dapat memutuskan dalam semalam untuk menyita uang suatu negara atau memotongnya dari sistem keuangan internasional.

Rusia meluncurkan kebijakan de-dolarisasinya ketika Barat menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap negara tersebut. Setelah Rusia melancarkan operasi militer khususnya di Ukraina timur pada Februari 2022, AS memimpin gelombang besar sanksi keuangan terhadap Moskow.

Langkah terbesar adalah keputusan Barat untuk membekukan hampir setengah dari cadangan mata uang asing Rusia dan juga penghapusan bank-bank besar Rusia dari SWIFT, layanan antarbank yang memfasilitasi pembayaran internasional.

Latar belakang sanksi yang diperkenalkan oleh Pemerintah Barat terhadap Rusia, produsen dan pengekspor energi global utama, mendorong China untuk meninggalkan Dolar dalam perdagangan internasional juga.

Catatan Bank Rusia menunjukkan bahwa Yuan China telah menjadi pemain utama dalam perdagangan luar negeri Rusia. India, importir utama energi Rusia, juga telah mengambil beberapa langkah untuk beralih dari Dolar ke Rubel dan Rupee dalam perdagangan timbal balik dengan Moskow.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *