Spyware Israel Pernah Targetkan Presiden Perancis dan Raja Maroko

Spyware Israel Pegasus

Purna Warta – Sebuah laporan menyebutkan bahwa sebuah spyware Israel yang digunakan untuk memata-matai aktivis hak asasi manusia dan jurnalis di seluruh dunia juga telah menargetkan telepon para pemimpin top Prancis, Irak, dan Maroko serta 15.000 orang Meksiko.

Telepon Presiden Prancis Emmanuel Macron, Presiden Irak Barham Salih, dan Raja Maroko Mohammed VI ada di deretan 50.000 nomor yang ditargetkan untuk pengawasan potensial oleh spyware Pegasus Israel. Spyware tersebut diproduksi oleh perusahaan NSO Group, outlet berita Eropa dan AS dan diluncurkan pada hari Selasa (20/7).

Menurut laporan itu tersebut Salih, Macron, dan Mohammed VI termasuk di antara tiga presiden, 10 perdana menteri, dan satu raja yang nomor teleponnya ada dalam daftar target pengawasan potensial.

Investigasi terhadap kebocoran data besar-besaran oleh 17 organisasi media yang dipimpin oleh kelompok jurnalisme nirlaba Forbidden Stories yang berbasis di Paris menunjuk pada penyalahgunaan yang meluas dari alat mata-mata Israel. Menurut NSO alat tersebut hanya akan digunakan untuk melawan penjahat dan teroris.

Pegasus adalah malware yang menginfeksi perangkat iOS dan Android untuk memungkinkan operator alat mengekstrak pesan, foto, dan email, merekam panggilan, dan secara diam-diam mengaktifkan mikrofon dan kamera.

Kebocoran itu berisi daftar lebih dari 50.000 nomor telepon yang diduga milik orang-orang yang diminati oleh klien NSO sejak 2016, termasuk sekitar 15.000 nomor telepon pintar Meksiko.

Daftar tersebut didominasi oleh nomor dari 10 negara: Azerbaijan, Bahrain, Hongaria, India, Kazakhstan, Meksiko, Maroko, Rwanda, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab.

Harian Prancis Le Monde pada hari Selasa (20/7) melaporkan bahwa telepon Macron dan Raja Mohammed VI telah ditargetkan atas nama dinas intelijen Maroko. Hal tersebut menunjukkan adanya pengaruh rezim Israel di badan mata-mata negara Afrika Utara itu.

Mengutip dari sebuah sumber, Le Monde mengatakan, “Salah satu nomor telepon Macron, yang telah ia gunakan secara teratur sejak 2017, ada dalam daftar nomor yang dipilih oleh dinas intelijen Maroko untuk dimata-matai.”

Menurut laporan tersebut, juru bicara kantor Macron mengatakan bahwa jika pengungkapan itu benar mereka akan menuntuk ke pihak berwenang untuk menyelidiki dan menjelaskan semua laporan yang diperlukan.

Maroko membantah terlibat

Pada hari Senin (19/7) Maroko mengeluarkan pernyataan, menyangkal keterlibatannya dalam penggunaan Pegasus. Maroko menganggap tuduhan tersebut tidak berdasar

Radio France juga mengutip pernyataan resmi yang menambahkan bahwa mereka tidak pernah memperoleh perangkat lunak komputer untuk menyusup ke perangkat komunikasi.

Pada hari Selasa dilaporkan bahwa raja Muhammad ada dalam daftar sejumlah besar bangsawan Maroko, termasuk istri raja Lalla Salma Bennani, dan sepupunya Pangeran Moulay Hicham Alaoui.

“Mantan perdana menteri Prancis Edouard Philippe dan 14 menteri juga pernah menjadi sasaran pada 2019,” ungkap Le Monde.

Laporan itu juga menekankan bahwa mereka tidak memiliki akses ke telepon Macron dan oleh karena itu mereka tidak dapat memverifikasi apakah memang dimata-matai. Tetapi akses tersebut dapat memverifikasi telepon lain, termasuk telepon mantan menteri lingkungan Francois de Rugy.

Selain itu pada hari Selasa, kantor kejaksaan Paris membuka penyelidikan atas laporan situs berita investigasi Mediapart dan dua jurnalisnya. Laporan tersebut mengatakan bahwa mereka telah dimata-matai oleh Maroko menggunakan spyware Pegasus.

“Satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah ini adalah otoritas kehakiman hendaknya melakukan penyelidikan independen terhadap tindakan mata-mata oleh Maroko,” Mediapart menekankan dalam sebuah postingan twitter.

Presiden Meksiko: Mata-mata hanya boleh menargetkan tindak kejahatan

Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador pada hari Selasa mengatakan bahwa mata-mata oleh otoritas Meksiko hanya terbatas pada penangkapan penjahat. Diketahui negara tersebut pernah terjebak dalam skandal pengawasan global

“Intelijen digunakan untuk memerangi kejahatan dan melindungi warga negara, bukan untuk memata-matai lawan, pemimpin politik, pemimpin partai, pemilik perusahaan besar dan gereja,” katanya dalam jumpa pers.

Dia mengatakan bahwa tidak ada lagi yang mereka mata-matai. Dia percaya bahwa tidak ada siapapun di Meksiko yang melakukan kontrak dengan NSO saat ini. Tetapi jika hal itu terjadi harus segera dibatalkan.

Menurut penyelidikan Proyek Pegasus, beberapa badan di Meksiko telah memperoleh spyware termasuk Kementerian Pertahanan, kantor jaksa agung, dan dinas intelijen keamanan nasional.

“Semua badan keamanan federal dan negara bagian yang memiliki perangkat lunak yang memantau komunikasi telah diperintahkan untuk melindungi semua data mereka terkait penggunaan peralatan Pegasus dan sejenisnya,” kata kantor kejaksaan dalam sebuah pernyataan.

Kantor tersebut juga mengatakan sedang menyelidiki kontrak yang ditandatangani oleh Tomas Zeron yang mengepalai badan investigasi kriminal di kantor kejaksaan selama pemerintahan Pena Nieto.

Zeron saat ini berada di Israel menunggu ekstradisi untuk perannya dalam penyelidikan hilangnya 43 siswa dari Ayotzinapa di negara bagian selatan Guerrero pada tahun 2014.

Hampir 15.000 nomor ponsel Meksiko yang disebutkan ada dalam daftar penyelidikan yang diluncurkan oleh kelompok media internasional. Daftar tersebut meliputi 25 jurnalis dan bahkan lingkaran dalam Lopez Obrador sebelum dia menjabat. Salah satu jurnalis yang diretas, Cecilio Pineda, dibunuh pada Maret 2017.

Menurut situs berita Meksiko Aristegui Noticias Istri Lopez Obrador, anak-anak, saudara laki-laki, dan bahkan ahli jantungnya termasuk dalam target malware Pegasus antara tahun 2016 dan 2017.

Pada saat itu, ia adalah pemimpin oposisi dan saingan politik Presiden Enrique Pena Nieto, presiden Meksiko saat itu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *