New York, Purna Warta – Amerika Serikat pada hari Senin (4/2) kembali melontarkan retorika anti-Iran, dengan mengklaim rendahnya jumlah pemilih dalam pemilu parlemen dan Majelis Ahli yang baru-baru ini diadakan “tidaklah mengejutkan dan merupakan tanda baru ketidakpuasan di Republik Islam.”
Baca Juga : Penghitungan Hasil untuk 231 Kursi Parlemen Iran telah Selesai
Matt Miller, juru bicara Departemen Luar Negeri AS bereaksi terhadap pertanyaan yang diajukan selama konferensi pers tentang 41% partisipasi rakyat Iran dalam pengumuman pemilu oleh badan pemilu.
Menurut reporter IRNA, Miller menanggapinya dengan mengatakan bahwa Washington masih belum memiliki penilaian terhadap partisipasi pemilih dalam pemilu Iran yang menurutnya “secara umum tidak dapat diandalkan.”
“Saya kira tidak ada keraguan bahwa ada ketidakpuasan,” katanya dan mengulangi klaimnya minggu lalu bahwa “Washington percaya bahwa pemilu ini tidak bebas dan adil.”
Banyak pemilih di Iran juga memiliki penilaian yang sama. Tidak mengherankan jika banyak orang di Iran memutuskan untuk tidak berpartisipasi dalam proses pemilu, tambah Miller.
Pada tanggal 1 Maret, Iran mengadakan pemilihan parlemen dengan 290 kursi dan Majelis Ahli dengan 88 kursi yang merupakan badan musyawarah. Menteri Dalam Negeri Iran, Ahmad Vahidi, dalam konferensi pers mengatakan bahwa terdapat 41% partisipasi pemilih pada hari Jumat, yang berarti 25 juta dari sekitar 61 juta pemilih yang memenuhi syarat memberikan suara mereka di seluruh negeri.
Amerika Serikat di masa lalu juga pernah mengajukan pertanyaan mengenai jumlah pemilih atau proses pemungutan suara di Iran yang oleh banyak orang dan pakar disebut sebagai keputusasaan Washington. Meskipun AS sendiri terlibat dalam kontroversi terkait pemilu, termasuk yang terjadi pada pemilu presiden lalu.
Baca Juga : Iran Gagalkan Lebih dari 20 Upaya Sabotase Gagalkan Pemilu
Pada tahun 2020, Presiden Donald Trump saat itu menolak untuk mengakui kekalahan di tengah klaim bahwa ada kecurangan yang meluas dalam mendukung Joe Biden yang akhirnya mengambil alih Gedung Putih. Trump tidak menghadiri pelantikan Biden, melainkan melakukan kerusuhan di Capitol Hill untuk membatalkan hasil pemilu.