Newyork, Purna Warta – Pada hari kedua lawatannya ke New York, Presiden Iran Ebrahim Raisi mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin Tajikistan, Pakistan, Irak, dan Jepang.
Presiden Raisi dan Presiden Tajikistan Emomali Rahmon meninjau status terkini kerja sama bilateral dan menekankan perlunya mengembangkan hubungan komersial dan ekonomi serta meningkatkan interaksi dalam organisasi internasional.
Baca Juga : Parlemen Iran Gelar Voting untuk Implementasi Percontohan RUU Hijab
Kedua kepala negara tersebut menyatakan keprihatinannya atas kehadiran teroris di Afghanistan, menekankan bahwa kementerian luar negeri negara-negara tetangga Afghanistan perlu mengadakan pertemuan guna meningkatkan koordinasi dalam perang melawan terorisme dan membantu membangun stabilitas di Afghanistan.
Raisi dan Rahmon juga menekankan tidak adanya campur tangan pihak ketiga di wilayah tersebut. Presiden Iran dan Tajikistan juga menekankan kapasitas Komisi Ekonomi Bersama untuk meningkatkan tingkat hubungan komersial dan ekonomi.
Melanjutkan hari keduanya di New York, Presiden Raisi bertemu dengan Perdana Menteri Pakistan Anwar ul Haq Kakar. Terkait hubungan baik antara Iran dan Pakistan, Raisi menyebut perbatasan bersama sebagai peluang untuk memperluas pertukaran kedua tetangga.
Pertemuan dengan perdana menteri Pakistan diadakan di hotel tempat delegasi Iran menginap. Kedua pihak menyoroti kapasitas yang ada dan menekankan perlunya mengatasi masalah melalui metode inovatif untuk memperluas hubungan bilateral.
Baca Juga : Pusat Perdagangan Iran Sudah Memulai Aktivitas di Jeddah
Perdana Menteri Pakistan menyatakan tekad negaranya untuk meningkatkan kerja sama dengan Iran melalui perluasan perdagangan dan penciptaan jalur transportasi. “Rakyat Iran harus merasa aman dan nyaman di lingkungan mereka dengan Pakistan,” tambah Anwar ul Haq Kakar. Kerja sama transfer energi juga dibahas dalam pertemuan tersebut.
Di sela-sela Sidang Umum PBB ke-78 di New York, Raisi juga bertemu dengan Perdana Menteri Irak Mohammed Shia’ Al Sudani, dan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.