Bogota, Purna Warta – Presiden Kolombia Gustavo Petro telah menolak tuduhan anti-Semit atas sikapnya yang pro-Palestina, dengan mengatakan bahwa anti-Semitisme diwujudkan dalam pembunuhan anak-anak Gaza dan bukan dalam berbicara menentang genosida Israel yang sedang berlangsung.
Baca juga: Presiden Iran Tiba di AS untuk Sidang Umum PBB dengan Membawa Pesan Perdamaian
Presiden Kolombia itu menyampaikan pernyataan tersebut dalam sebuah posting X pada hari Minggu, setelah Utusan Khusus AS untuk Memantau dan Memerangi Anti-Semitisme Deborah Lipstadt mengklaim bahwa kritik Petro terhadap serangan Israel di Gaza adalah “berbahaya” karena “menormalkan” anti-Semitisme.
“Nyonya Duta Besar, orang Palestina adalah orang Semit… Membunuh anak-anak dengan menjatuhkan bom di Gaza dan tidak menentangnya adalah tindakan anti-Semit. Hal yang paling anti-Semit saat ini adalah mengulang holocaust Hitler terhadap kemanusiaan dan khususnya terhadap orang-orang Palestina,” katanya.
“Saya bukan seorang anti-Semit. Jangan membingungkan dan hormati. Saya bukan anti-Yahudi.”
Presiden Kolombia juga mengecam kebungkaman puluhan ribu jurnalis dalam menghadapi pembunuhan rekan-rekan mereka dan pembantaian 20.000 anak Palestina oleh rezim Israel di Gaza.
“Siapa pun yang membela genosida ini atau tetap diam dalam menghadapinya telah menghancurkan kondisi kemanusiaan mereka sendiri,” tambahnya.
Menurut laporan bulan Juni dari Komite Palang Merah Internasional, lebih dari 20.000 anak Palestina hilang di Gaza akibat serangan Israel di wilayah tersebut. Mereka hilang, menghilang, ditahan, terkubur di bawah reruntuhan atau di kuburan massal.
Dalam sambutannya, Petro juga mengutuk serangan militer Israel di kantor saluran TV Al Jazeera di kota Tepi Barat yang diduduki Ramallah.
Baca juga: Khamenei Desak Mobilisasi Bantuan Darurat setelah Ledakan di Tabas Iran
Tentara Israel yang bersenjata lengkap dan bertopeng memasuki gedung kantor dengan paksa pada Minggu pagi dan memerintahkan penutupan selama 45 hari.
Israel melancarkan serangan brutalnya ke Gaza pada 7 Oktober 2023, setelah kelompok perlawanan Hamas Palestina melakukan operasi bersejarah terhadap entitas perampas kekuasaan sebagai balasan atas kekejamannya yang meningkat terhadap rakyat Palestina.
Sejauh ini, rezim pendudukan telah menewaskan sedikitnya 41.431 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, di Gaza dan melukai 95.818 lainnya.