Wellington, Purna Warta – Bentrokan terjadi antara polisi anti huru hara dengan demonstran anti-vaksin di luar parlemen Selandia Baru di Wellington. Polisi menggunakan semprotan merica dan menangkap puluhan demonstran dalam upayanya untuk mengakhiri protes yang sudah berlangsung lama.
Ratusan polisi turun ke jalan-jalan ibu kota pada hari Rabu (2/3) sebelum fajar dalam upaya untuk menyisir sebuah kamp yang telah memenuhi jalan di sekitar parlemen selama lebih dari tiga minggu.
Baca Juga : Perang Rusia-Ukraina, Efeknya ke Dunia Arab dan Tugas Baru di Kawasan
Petugas dengan perisai maju ke arah pengunjuk rasa dan berteriak “Pergi, Pergi”, sambil merobohkan tenda dan menarik kendaraan dari daerah tersebut.
Demonstran yang melawan disemprot oleh semprotan merica dan pertempuran sporadis meletus ketika polisi memperingatkan penduduk Wellington dan pekerja kantoran untuk menjauhi daerah itu.
Polisi melaporkan bahwa mereka telah menyaksikan sejumlah pengunjuk rasa membawa garpu rumput dan menyelesaikannya dengan baik selama operasi berlangsung.
Pekan-Pekan protes
Protes Wellington dimulai sebagai gerakan menentang mandat vaksin COVID-19, hal ini terinspirasi oleh protes serupa yang sempat berlangsung di ibu kota Kanada, Ottawa.
Baca Juga : Kota-Kota Utama Diserang Rusia, Biden Janjikan Hukuman untuk Putin
Aksi ini semakin berkembang sekaligus menjadi wadah untuk berbagai keluhan dan protes dalam hal lainnya. Beberapa pesan sayap kanan terlihat di antara slogan-slogan anti-pemerintah dan anti-media.
Pada puncaknya, sekitar 3.000 orang berkemah di luar parlemen, tetapi jumlahnya telah menyusut menjadi sekitar 300 orang dalam seminggu terakhir.
Polisi telah memperingatkan kondisi yang tidak sehat dan kamp tersebut telah menjadi titik panas penyebaran Covid-19. Banyak kasus dilaporkan di antara para demonstran yang sebagian besar membuka maskernya.
Penduduk Wellington mengeluh dilecehkan oleh pengunjuk rasa karena mengenakan masker, sementara sekolah dan bisnis yang dekat dengan kamp telah ditutup.
Para pengunjuk rasa telah mengabaikan seruan polisi dan Perdana Menteri Jacinda Ardern untuk pergi meninggalkan lokasi tersebut.
Baca Juga : Ribuan Pencari Suaka Berusaha Melarikan Diri dari Maroko ke Spanyol
Sebelum hari Rabu, polisi memasang penghalang jalan untuk mencegah kamp agar tidak menyebar dan meluas. Hal itu dilakukan bersamaan dengan upaya perundingan yang dilakukan oleh pihak keamanan dan demonstran.
Dalam beberapa pekan terakhir, pihak keamanan menuduh pengunjuk rasa melemparkan kotoran manusia ke arah mereka, menyemprotkan bahan berbau tak sedap ke arah petugas dan mengempeskan ban ke mobil polisi.