Washington D.C., Purna Warta – Polisi telah menangkap seorang tersangka penembakan massal yang menewaskan enam orang di parade Hari Kemerdekaan Amerika Serikat 4 Juli di pinggiran kota elit Chicago. Insiden itu menjadi noda dalam perayaan hari kepatriotan bagi negeri Paman Sam yang telah lama berkutat dalam kasus penembakan massal.
Robert Crimo, 22, diidentifikasi sebagai orang yang dicari dan menjadi target perburuan besar-besaran di kota Highland Park di Illinois.
Pria bersenjata itu dengan senapan bertenaga tinggi telah mengubah perayaan parade 4 Juli menjadi momen kematian dan trauma.
Baca Juga : Video Polisi AS Tembaki Pria Kulit Hitam Picu Protes di Ohio
Aksi penembakan massal 4 Juli ke kerumunan tersebut membuat kekacauan total; penonton panik berlari untuk menyelamatkan nyawa mereka, berhamburan meninggalkan rute parade yang dipenuhi dengan kursi, balon dan barang-barang pribadi.
Pejabat darurat mengatakan sekitar 20 lebih warga, termasuk anak-anak, dirawat karena luka tembak, beberapa diantaranya berada dalam kondisi kritis.
Pejabat lain, Jennifer Banek, mengatakan lima orang yang tewas dalam pawai itu adalah orang dewasa dan dia tidak memiliki informasi tentang korban keenam yang dibawa ke rumah sakit dan meninggal di sana.
Setelah pengejaran singkat, Crimo berhasil ditangkap dan diamankan tanpa aksi baku tembak, kata kepala polisi Highland Park Lou Jogmen kepada wartawan.
Baca Juga : Asharq Al-Awsat: Relasi Iran-Saudi akan Diumumkan di Baghdad
Sebelumnya, polisi telah memperingatkan bahwa dia bersenjata dan sangat berbahaya.
In Highland Park, Illinois people trying to enjoy the #4thOfJuly parade had a mass shooter on a rooftop started firing down at the parade.
The situation is still active multiple people shoot and life flight has been seen. pic.twitter.com/ivzpXD8SKX
— Skyleigh Heinen-Uhrich (@Sky_Lee_1) July 4, 2022
‘Epidemi’ Kekerasan Senjata
Dalam penembakan 4 Juli lainnya, sejumlah kantor berita utama AS melaporkan bahwa dua petugas polisi terluka akibat sebuah penyerangan saat pertunjukan kembang api di Philadelphia.
CBS News menayangkan video yang diambil dari gedung bertingkat tinggi yang menunjukkan kerumunan orang melarikan diri dengan panik saat kembang api meledak di langit. Keadaan penembakan itu tidak segera diketahui.
Penembakan itu adalah bagian dari gelombang kekerasan senjata yang melanda Amerika Serikat, di mana sekitar 40.000 kematian per tahun disebabkan oleh senjata api, menurut situs Arsip Kekerasan Senjata.
Baca Juga : Pembangunan Pangkalan Militer Emirat-Israel di Socotra
Penembakan terbaru ini menimbulkan atmosfer kelam pada Hari Kemerdekaan Amerika. Kota-kota di seluruh negeri mengadakan parade, banyak yang mengibarkan variasi bendera AS, mengadakan pesta barbekyu, menghadiri acara olahraga dan berkumpul untuk pertunjukan kembang api.
“Ini adalah hari kita merayakan kemerdekaan negara kita. Ini juga hari kebebasan kita dicuri dari kita — karena banyak dari kita penduduk di sini, bahkan di gedung ini, kita semua dikurung,” Emily Prazak, yang berbaris dalam pawai, katanya.
Presiden AS Joe Biden berjanji untuk terus berjuang untuk mengakhiri “epidemi” kekerasan senjata di Amerika setelah penembakan massal yang mematikan itu.
“Saya tidak akan menyerah memerangi epidemi kekerasan senjata,” katanya, mencatat bahwa dia telah menandatangani langkah-langkah pengendalian senjata signifikan pertama dalam beberapa dekade menjadi undang-undang pada akhir Juni.
Baca Juga : Iran Siap Bantu Penyelesaian Konflik Wilayah Azerbaijan
Undang-undang tersebut memperluas pemeriksaan latar belakang kriminal untuk beberapa pembeli senjata, melarang sekelompok besar pelaku kekerasan dalam rumah tangga untuk membeli senjata api dan mendanai program yang akan memungkinkan pihak berwenang untuk menyita senjata dari individu yang bermasalah.
Kritikus mengatakan langkah-langkah baru itu tidak akan memberikan efek apa-apa untuk mengurangi aksi penembakan massal di negara itu.