Washington, Purna Warta – Surat kabar Amerika, Sabtu dini hari (27/3), mengabarkan fleksibilitas Amerika menghadapi JCPOA dengan Iran. Salah satu petinggi AS pada hari Jumat, 23/3, mengatakan bahwa masalah bagi Amerika bukan pihak siapa yang melangkah lebih awal untuk merealisasikan resolusi.
Reuters mengutip pernyataan salah seorang sumber dari pejabat Washington tanpa menyebutkan namanya dan melaporkan, “Masalahnya bukanlah siapa yang awal pergi, tetapi masalahnya adalah kesepakatan akan langkah apa yang harus dilakukan di waktu bersamaan.”
Pernyataan ini berbeda dengan pernyataan awal para petinggi pemerintahan Joe Biden. Banyak petinggi AS yang mengatakan bahwa Iran yang pertama kembali ke perjanjian, baru Amerika menyusul.
Iran merespon keras pernyataan ini, karena diketahui bahwa Amerika yang dahulu keluar sepihak, dan mengatakan bahwa Amerikalah yang seharusnya bertindak sesuai resolusi, setelah itu Iran yang akan memberhentikan langkah mundurnya dari pasal-pasal resolusi.
Dikutip dari Reuters, petinggi tersebut menyatakan bahwa Amerika dan Iran belum menghasilkan kata sepakat untuk melakukan pertemuan. Pelantara kedua negara adalah Eropa.
“Satu opini salah tentang Washington bahwa Amerika memaksa Iran untuk memegang teguh resolusi sebelum kami melakukan langkah realisasi… Bukan masalah kami bahwa Iran harus kembali ke perjanjian sebelum kami,” jelasnya.
“Ketika kita menyepakati langkah kedua belah pihak, seperti contoh kami melakukan X dan Iran melakukan Y, maka masalah selesai (yaitu masalah siapa yang harus melakukan lebih awal). Maksud saya adalah hal ini bisa dilakukan secara bersamaan,” tambahnya.
Di masa Pemilu, Joe Biden pernah menulis sebuah catatan di Foreign Affairs dan mengatakan, “Tehran harus kembali menjalankan pasal resolusi, jika hal ini dikerjakan, Saya akan bergabung dalam resolusi.”
Minggu-minggu lalu, Menlu Antony Blinken dan beberapa petinggi AS lain menegaskan hal ini bahwa Iran harus realisasikan resolusi dahulu.
Bahkan Wall Street Journal mengutip pernyataan salah satu pejabat senior pemerintah Joe Biden, 26/3, dan melaporkan indikasi Amerika untuk menarik sanksi sebelum pertemuan dengan Iran.
“Kami akui bahwa keluar dari JCPOA adalah satu kesalahan dan siasat tekanan maksimum juga gagal. Namun ini adalah satu bagian dari langkah di mana kelanjutannya akan mendesak Iran untuk kembali dari kebijakan-kebijakan nuklirnya,” jelasnya dikutip Wall Street Journal.
Baca juga: China: Amerika, Hentikanlah Politik Dua Rupa