Washington, Purna Warta – Seorang pejabat senior Amerika telah meminta maaf atas bagaimana Amerika Serikat memperlakukan para migran Haiti, Ia menggambarkannya sebagai sebuah ketidakadilan.
Selama kunjungan ke Haiti pada hari Jumat (1/10), Juan Gonzalez yang merupakan direktur untuk Dewan Keamanan Nasional AS Belahan Barat, mengatakan bahwa orang-orang Haiti pantas diperlakukan dengan bermartabat, lapor The Associated Press.
“Saya ingin mengatakan bahwa ada ketidakadilan, itu salah, orang-orang Haiti dan migran mana pun berhak diperlakukan dengan bermartabat.” kata Gonzalez
Gonzalez dan asisten sekretaris AS untuk Urusan Belahan Barat Brian Nichols sedang dalam kunjungan resmi dua hari ke Haiti, menurut AP.
Gambar muncul dari penunggang kuda yang mengumpulkan para migran Haiti dan menggunakan kendali mereka secara agresif. Perlakuan brutal terhadap para migran oleh agen perbatasan menimbulkan banyak kritik terhadap pemerintahan Biden mengenai penanganan masalah tersebut.
Anggota Kongres Demokrat Maxine Waters mengatakan perlakuan AS terhadap migran Haiti di Del Rio, Texas lebih buruk daripada perbudakan.
Waters (D-Calif.), seorang anggota Kongres Hitam Kaukus, berkata, “Apa yang kita saksikan membawa kita kembali ratusan tahun yang lalu. Apa yang kami saksikan lebih buruk dari apa yang kami saksikan dalam perbudakan.”
Pihak Demokrat California menambahkan, “Koboi dengan pecut di tangan mencambuk orang kulit hitam Haiti ke dalam air di mana mereka berdesakan dan terjatuh, padahal yang mereka coba lakukan hanyalah melarikan diri dari kekerasan di negara mereka.”
“Sejak awal saya ingin tahu siapa yang membayar para koboi ini untuk melakukan pekerjaan tersebut. Mereka harus disingkirkan. Mereka mencoba membawa kita kembali ke masa perbudakan, dan lebih buruk dari itu.” tambah ketua Komite Jasa Keuangan DPR.
Gelombang baru migran di perbatasan selatan merupakan ujian lain dari kebijakan imigrasi Biden yang banyak dikritik.
Dalam kampanyenya, Biden telah berulang kali berjanji untuk membatalkan aspek paling keras dari agenda anti-imigrasi Donald Trump.
Kerumunan migran yang padat, tidur di tanah dalam panas terik dan dengan sedikit akses ke makanan dan air jernih, mengundang kecaman dari pejabat setempat.